Pengaruh Bumbu Instan Ceker Ayam Terhadap Efek Inflamasi pada Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Karagenan

Ceker ayam merupakan limbah dari peternakan ayam yang masih sangat minim pemanfaatannya. Padahal ceker ayam memiliki kandungan yang bergizi dan memiliki banyak manfaat, salah satu kandungan dalam ceker ayam yang sangat bermanfaat adalah glukosamin yang mampu bertindak sebagai salah satu agen anti inflamasi. Sejauh ini, sumber glukosamin yang umum dimanfaatkan adalah glukosamin dari sirip ikan hiu. Namun, hiu merupakan salah satu hewan yang dilindungi karena hampir punah dan harganya cenderung mahal. Untuk itu perlu dikembangkan penelitian glukosamin dari tulang rawan hewan lainnya. Menurut penelitian yang ada, ceker ayam memiliki kandungan yang hampir menyerupai sirip ikan hiu. Hal ini menjadikan peluang ceker ayam untuk dikembangkan menjadi bumbu dapur instan yang berpotensi sebagai agen inflamasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi yang tepat dalam pembuatan bumbu instan dari ceker ayam serta pengaruh pemberian bumbu instan ceker ayam dalam mengatasi inflamasi pada tikus wistar yang diinduksi karagenan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 1 faktor. Faktor tersebut yaitu proporsi bubuk ceker ayam dan rempah-rempah yang terdiri dari 4 perlakuan, tiap perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan sehingga diperoleh 12 satuan perlakuan. Formulasi bumbu instan terbaik selanjutnya diuji lebih lanjut secara in vivo untuk mengetahui potensinya sebagai agen anti inflamasi. Pada percobaan in vivo digunakan metode Rancangan Tersarang (Nested Design). Data penelitian akan dianalisa dengan analisis ragam dengan menggunakan Analysis of Varian (ANOVA), untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada tiap perlakuan. Apabila hasil uji menunjukkan terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan 1%. Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan Indeks Efektivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi terbaik secara fisik dan kimia pada bumbu instan ceker ayam adalah formulasi ke-4, dan formulasi terbaik secara organoleptik adalah formulasi ke-2. Dimana kemudian dilakukan pengujian anti inflamasi pada bumbu instan formulasi ke-4. Hasil pengujian anti inflamasi menunjukkan pemberian bumbu instan ceker ayam berpengaruh nyata (α=0,01) terhadap penurunan edema tikus wistar yang dikondisikan mengalami inflamasi. Pemberian dosis bumbu instan terbaik dalam menurunkan edema tikus terdapat pada bumbu instan dengan dosis 200mg/kgBB tikus, dengan dosis tersebut bumbu instan memiliki kemampuan dalam menghambat peradangan udema dari jam ke-1 yaitu sebesar 41,76% hingga jam ke-5 terus mengalami peningkatan hingga mencapai 78,19%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pemberian bumbu instan ceker ayam mampu membantu menurunkan aktivitas inflamasi, sehingga diharapkan dapat menjadi pangan fungsional yang memiliki khasiat menurunkan aktivitas inflamasi pada penderita inflamasi akut