Analisis Risiko pada Proses Produksi Teh Hitam dengan Metode Multi-Attribute Failure Mode Analysis di Pabrik Teh PTPN XII Kebun Wonosari,

Kebun Teh Wonosari merupakan perkebunan teh yang berada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII). Pucuk teh dari perkebunan ini diolah di Pabrik Teh Kebun Wonosari dan menghasilkan produk teh hitam yang diekspor ke berbagai negara. Permasalahan yang muncul adalah Pabrik Teh Kebun Wonosari tidak dapat mencapai target kuantitas mutu ekspor yang ditentukan, selain itu hasil produksi untuk mutu ekspor juga terus menurun. Pada produksi teh, selain faktor bahan baku, permasalahan dalam pemenuhan target berkaitan erat dengan kontribusi proses produksi dalam pemenuhan standar kualitas dan kuantitas teh. Tahapan yang panjang dalam mengolah pucuk teh menjadi teh hitam menimbulkan tingginya potensi risiko yang mengakibatkan hasil produksi menyimpang dari standar yang telah ditetapkan sehingga harus turun grade menjadi mutu lokal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui risiko-risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan kualitas teh hitam dari standar mutu ekspor yang ditetapkan, tingkat kepentingan kriteria-kriteria yang berpengaruh terhadap produksi dan memberikan rekomendasi penanganan terhadap risiko-risiko yang dianggap risiko kritis dalam proses produksi teh hitam di Pabrik Teh Kebun Wonosari sebagai upaya untuk mencegah risiko penurunan mutu teh dengan menerapkan tahapan-tahapan dalam manajemen risiko. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko adalah metode Multi-Attribute Failure Mode Analysis (MAFMA). Metode MAFMA merupakan pengembangan dari metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang menambahkan kriteria biaya ke dalam penilaian risiko. Kriteria biaya yang diintegrasikan dengan tiga kriteria FMEA (severity, occurrence dan detectability) berupa nilai perkiraan biaya (expected cost) yang diperoleh dari perbandingan kualitatif antar potensi risiko dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP). Kemudian diberikan rekomendasi risk response planning (RRP) pada risiko kritis yang diperoleh dari perhitungan nilai risk level pada metode MAFMA. Identifikasi awal risiko menunjukkan bahwa sepanjang proses produksi di dalam pabrik, terdapat 19 potensi risiko yang berpengaruh terhadap mutu teh. Dari hasil perhitungan bobot kriteria-kriteria penilaian risiko diketahui bahwa kriteria expected cost merupakan kriteria dengan bobot tertinggi yaitu 0,388, yang menunjukkan bahwa faktor biaya merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam upaya penanganan risiko. Berdasarkan perhitungan risk level dengan menggunakan metode MAFMA, dipilih tiga risiko kritis yang memiliki nilai risk level tertinggi, yaitu asap masuk ke mesin pengering, asap masuk ke Withering Trough, dan bubuk teh tercecer pada proses oksidasi enzimatik. Rekomendasi RRP yang diberikan untuk menangani risiko kritis tersebut antara lain: meningkatkan kinerja pekerja berkaitan dengan perawatan mesin, mengondisikan area penyimpanan kayu bakar agar terhindar dari hujan dan melakukan perbaikan pada desain Fermenting Machine