Morfologi Spasial Permukiman Pengrajin Batik Tulis di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

Desa Sendangduwur memiliki objek cagar budaya yang dijadikan sebagai wisata religi, juga merupakan salah satu desa penghasil kerajinan batik tulis. Tahun 2006 Dinas Koperasi Perdagangan dan Industri bersama masyarakat Sendangduwur menggalakkan kembali kerajinan batik tulis dan menjadikan batik tulis sebagai produk unggulan khas Lamongan. Menyebabkan meningkatnya jumlah pengrajin batik tulis dan munculnya pengrajin yang menambahkan showroom sebagai area berdagang kerajinan. Adanya showroom pada hunian pengrajin batik tulis dapat mendukung tujuan wisata pada desa Sendangduwur sebagai wisata belanja selain wisata religi Perubahan desa dari permukiman bisa menjadi desa tujuan wisata, menyebabkan perubahan pada kawasan desa, mulai dari skala huniannya yang kemudian berpengaruh pada kawasannya. Kegiatan pariwisata yang saling berhubungan antara wisata religi dengan wisata belanja ini kurang memperhatikan batasan ruang aktifitas, pelaku aktifitas dan jenis aktifitas yang menggunakan ruang wilayah desa Sendangduwur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui morfologi spasial permukiman dan spasial hunian pengrajin batik tulis. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan morfologi diakronik untuk menganalisis perkembangan lingkungan desa dan unit hunian. Pemilihan sampel unit hunian, digunakan metode purposive sampling untuk menentukan kriteria sampel dan sampel diambil tiap RT/RW karena memiliki karakteristik yang sama. Analisis terbagi menjadi dua macam, yaitu analisis morfologi spasial permukiman pengrajin batik tulis dan analisis morfologi spasial hunian. Morfologi spasial permukiman dapat diketahui dari tata guna lahan, tata letak massa dan struktur jalan. Sedangkan morfologi spasial hunian dapat diketahui tata letak ruang pada tapak hunian dan sirkulasi. Disimpulkan bahwa morfologi pada desa wisata Sendangduwur dikarenakan adanya perubahan desa Sendangduwur sebagai desa tujuan wisata. Diperlukan perencanaan dalam menata dan mengembangkan kawasan serta hunian bagi pengrajinnya agar tidak tumbuh menjadi permukiman kumuh dan menurunkan nilai objek wisata pada desa. Sehingga pemberian rekomendasi dilakukan pada akhir penelitian ini yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan permukiman dan hunian