Pelestarian Bangunan Kolonial Museum Fatahillah Di Kawasan Kota Tua Jakarta

Belanda sebagai salah satu bangsa yang memperkaya keberagaman adat istiadat dan budaya di Indonesia dibawa pada abad ke-16 ke Indonesia memberikan pengaruh dalam banyak aspek, bidang Arsitektur adalah salah satu aspeknya. DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang banyak memiliki bangunan kolonial, salah satunya Museum Fatahillah, karena dahulu DKI Jakarta mempunyai pelabuhan Sunda Kelapa yang sangat penting dalam jalur perdagangan rempah-rempah. Perkembangan bangunan modern saat ini semakin pesat beriringan dengan bertumbuhnya perkembangan jaman, hal ini menyebabkan terlupakannya bangunan bersejarah yang memiliki nilai historis dan kultural sangat tinggi, sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran untuk melestarikan bangunan bersejarah yang masih berdiri di Indonesia sebagai saksi nyata dari kayanya budaya negeri ini. Pelestarian bangunan Museum fatahillah fokus pada tiga macam karakter bangunan, yaitu karakter spasial, visual dan struktural. Kemudian setelah dianalisis ke tiga karakter ini dinilai menggunakan metode evaluatif. Setelah dilakukan pembobotan nilai tiap karakter dilakukan pengarahan pelestarian sesuai dengan standar yang sudah ditentukan sebelumnya. Karakter spasial Aristektural Bangunan Museum Fatahillah memiliki organisasi ruang grid dan linier. Hal tersebut ditunjukkan pada susunan ruang-ruang yang membentuk bidang-bidang yang berhadapan dan tertata. Massa bangunan terdiri dari tiga jenis yaitu massa primer yang berfungsi sebagai ruang pameran, massa sekunder sebagai area servis dan kantor, dan massa tersier yaitu pada massa menara. Atap bangunan terdiri dari atap dua limasan, atap limasan sederhana, dan atap pelana, serta atap kubah. Bagian fasade bangunan memiliki pengaruh gaya Neo Klasik dan Barok Klasik yang pesat berkembang pada era awal abad ke-17. Sementara karakter sturktural Museum Fatahillah mempunyai struktur dinding pemikul pada bagian badan bangunan karena pada saat itu belum ditemukan konstruksi kolom-balok beton. Arahan pelestarian untuk bangunan Museum Fatahillah dikawasan Kota Tua jakarta dibagi menjadi empat teknis arahan pelestarian, yakni preservasi, konservasi, rehabilitasi dan rekonstruksi. Arahan pelestarian preservasi dan konservasi diarahkan pada kategori elemen bangunan potensial tinggi (nilai 16-18). Strategi pelestarian ini diarahkan pada orientasi bangunan, fungsi ruang, organisasi ruang, dan denah. Arahan pelestarian konservasi dan rehabilitasi diarahkan pada kategori elemen bangunan potensial sedang (nilai 11-15). Elemen-elemen pada potensial sedang ini meliputi dinding interior, atap bangunan, jendela, plafon serta struktur atap. Arahan pelestarian rehabilitasi dan konstruksi diarahkan pada kategori elemen bangunan potensial rendah (nilai 6-10). Elemen-elemen pada potensial rendah meliputi pintu pada ruang kantor praja, lantai dan dinding toilet perempuan