Karakter Visual dan Spasial Pura Mandaragiri Semeru Agung di Lumajang,

Gunung Semeru sebagai Gunung tertinggi di Nusantara memiliki sejarah dengan kepercayaan umat Hindu sebagai gunung tersuci tempat Dewa bersthana. Keinginan untuk membangun Pura di lereng Semeru akhirnya terpenuhi setelah mendirikan panitia gabungan umat hindu dari Bali dan Lumajang. Sehingga berdirilah Pura Mandaragiri Semeru Agung dengan tikatan Pura Khayangan Jagat sebgai tempat beribadah di lereng gunung Semeru untuk umat dengan strata yang universal. Pembangunannya yang digagas dan dilakukan oleh dan dengan bimbingan dari pemangku agaa Hindu dari Bali membawa pengaruh arsitektur Pura Bali yang kuat. Dari segi visual Pura ini bergaya arsitektur Pura Bali, namun terdapat usaha untuk memunculkan lokalitas dimana pura didirikan, yaitu provinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif-analitik untuk kemudian disandingkan dengan Karakter visual beberapa pura di Bali. Untuk mendapatkan perbedaan karakter visual Pura Mandaragiri Semeru Agung sebagai Pura Hindu di luar Bali yang memiliki gaya Arsitektur Bali. Tidak banyak perbedaan pada karakter visual Pura Mandaragiri Semeru Agung dengan karakter visual Pura Bali, kecuali pada jenis ornamen serta jenis material yang di gunakan. Sedangkan Kondisi site, lokalitas dan proses pembangunan membawa penyesuaian pada tata letak spasial yang kurang sesuai dengan aturan – aturan pembangunan Pura Bali. Penyesuaian ini masih dalam konteks yang disesuaikan dengan asas utama pembangunan Pura Bali, tanpa mengubah makna dan kesucian Pura. Hal – hal yang dipengaruhi adalah prosesi keluar masuk pura, zona pura dan orientasi massa bangunan. Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat untuk dilanjutkan pada penelitian selanjutnya serta menjadi patokan akan seberapa besar penyesuaian yang diperbolehkan dari aturan semestinya dalam membangun bangunan serupa