Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Six Sigma Di Departemen Rolling Mill 3 (Studi Kasus: Pt Hanil Jaya Steel )

Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin bersaing di pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan yang menggunakan pengendalian kualitas sebagai strategi akan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan kompetitornya dalam menguasai pasar karena tidak semua perusahaan mampu menerapkan pengendalian kualitas dengan baik. PT. Hanil Jaya Steel merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi billet, steel bar dan baja tulangan beton. Pada saat proses produksi berlangsung sering didapati missroll yaitu kondisi dimana baja yang di roll mengalami kegagalan proses. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah produk baja diameter 10mm karena merupakan produk baja dengan proses produksi paling lama diantara produk lainnya dan memiliki presentase defect terbesar di setiap proses produksi. Penelitian ini bertujuan agar perusahaan dapat meminimalkan produk defect. Pendekatan Six Sigma sebagai analisis pengendalian kualitas pada proses produksi di departemen Rolling Mill 3 untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi cacat produk dalam proses produksi. Tahapan penelitian dilakukan berdasarkan tahapan DMAIC (define, measure, analyze, improve dan control). Penerapan tahapan DMAIC dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap improve. Pertama adalah mengidentifikasi produk yang dijadikan objek utama penelitian yang memiliki presentase cacat terbesar yaitu baja tulangan 10mm pada tahap define. Tahap kedua measure yaitu mengidentifikasi critical to quality (CTQ), mengukur DPMO dan level Sigma, membuat peta kontrol p, dan mengukur kapabilitas Sigma pada proses saat ini. Untuk menemukan akar-akar penyebab masalah kualitas baja tulangan 10mm digunakan diagram sebab akibat dan untuk menentukan masalah utama sebagai prioritas untuk diberikan rekomendasi perbaikan digunakan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) pada tahap analyze. Tahap terakhir adalah tahap improve untuk memberikan rekomendasi perbaikan. Hasil dari penelitian ini pada tahap Define diidentifikasi produk yang diteliti adalah baja tulangan berdiameter 10mm. Pada tahap Measure terdapat empat jenis cacat berdasarkan CTQ missroll yaitu baja nguping (fin), kampong (wrinkles), goresan (scratch), dan mruntus (firecrack). Level sigma untuk kondisi saat ini baja tulangan beton 10mm 3,34 dengan DPMO 32.809,92. Pada tahap Analyze didapatkan Risk Priority Number (RPN) tertinggi berdasarkan FMEA pada cacat fin karena setting mesin kurang tepat dengan RPN 252, pada cacat wrinkles dan scratch karena bearing roll exit pecah dengan RPN 384 dan pada cacat firecrack karena suhu pemanasan rolling tidak stabil dengan RPN 224 untuk selanjutnya diberikan rekomendasi perbaikan. Pada tahap Improve rekomendasi perbaikan untuk cacat fin adalah melakukan checklist pada setiap elemen prosedur setting mesin rolling mill guide dan finishing. Rekomendasi perbaikan untuk cacat wrinkles dan scratch adalah jadwal pergantian bearing roll exit dan melakukan preventif maintenance terhadap bearing roll exit. Rekomendasi perbaikan pada cacat firecrack adalah dengan memberikan prosedur persiapan sebelum proses produksi berlangsung