Perkiraan Sebaran Curve Number U.S Soil Conservation Service pada Sub DAS Brantas Hulu

Air merupakan sumber kehidupan manusia yang harus dijaga kelestariannya. Namun permasalahan air tidak kunjung usai. Segala bentuk permasalahannya serta sistemnya patut dijadikan permasalahan utama dalam kehidupan perkotaan. Banyak yang menjadi kendala dan permasalahan dalam pengelolaan tataguna lahan, mulai dari penebangan hutan yang tak terkendali hingga penutupan permukaan tanah dengan lapisan kedap air secara berlebihan yang mengakibatkan berkurangnya lahan terbuka serta berakibat pada pengurangan jumlah air resapan yang ditimbulkannya. Lokasi studi pada sub DAS Brantas Hulu dengan outlet AWLR Gadang. Studi membahas sebaran nilai kurva dari metode yang dikembangkan oleh Dinas Konservasi Tanah Amerika Serikat (U.S Soil Conservation Service) pada daerah beriklim subtropis, menurut Asdak (2006) dapat digunakan pada daerah beriklim tropis jika angka kurva pada daerah setempat belum tersedia. Dari hasil analisa yang dilakukan, didapatkan 28 hasil angka kurva untuk masing-masing tataguna lahan dan sebaran jenis tanah serta kondisi hidrologinya pada masing-masing tahun dengan Bilangan Kurva maksimum sebesar 93 untuk ladang dengan tanah jenis hidrologi D dan Bilangan Kurva minimum sebesar 30 untuk semak belukar pada tanah jenis A pada tahun 2001. Dari perhitungan tersebut didapat Bilangan Kurva Komposit AMC Kelas I untuk masing-masing sub sub DAS dengan Bilangan Kurva Komposit maksimum sebesar 60,991 untuk sub sub DAS 6 pada tahun 2001 dan Bilangan Kurva Komposit minimum sebesar 31,034 untuk sub sub DAS 8 pada tahun 2006 serta uji efisiensi koefisien dengan metode Nash-Sutcliffe (NSE) antara debit permodelan dengan debit pengamatan dengan nilai maksimum ℮ = 0,71 untuk tahun 2006 dan nilai minimum ℮ = 0,09 untuk tahun 2019