Pola Permukiman Suku Dayak Benuaq Di Kampung Benung Kutai Barat

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya, yang menjadikan Indonesia memiliki karakter, keunikan dan kekhasan pada setiap daerahnya. Karakter dan keunikan ini mengandung kearifan lokal yang menjadi daya tarik tersendiri dalam menggali berbagai potensi daerah, Salah satunya, dalam bidang arsitektur yang memiliki keberagaman dari masa ke masa, dengan karakter khas yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Namun, sebagai negara yang terbuka, Indonesia cukup akrab dalam menerima perkembangan dunia, sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang tidak luput dari pengaruh arus globalisasi. Salah satu dampaknya, terdapat pada perkembangan dalam sektor perancangan dan perencanaan yang banyak melupakan peran penting dari nilai-nilai kebudayaan lokal. Hal tersebut disebabkan minimnya perhatian dan kemauan masyarakat untuk mengenal budaya-budaya lokal. Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia, terdapat pada masyarakat Dayak Benuaq di Kampung Benung, Kutai Barat. Masyarakat Dayak Benuaq memiliki kearifan lokal pada aturan dalam menata dan membagi kawasan hutan berdasarkan berbagai macam kegunaannya. Aturan tersebut juga berlaku dalam penataan permukiman mereka, yang mana permukiman tersebut terbentuk secara alamiah, dan menjadi salah satu karakter, yang di dalamnya terdapat budaya dan tatanan adat. Tujuan dari studi ini, adalah menganalisis bentuk pola permukiman. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Hasil dari studi, menunjukan bahwa pola elemen pembentuk permukiman terbagi berdasarkan tata guna lahan, yaitu kawasan lou (rumah panjang), lutar (halaman besar), kawasan lalaq (jalan), dan kawasan belaay (rumah tunggal). Penyebaran berbagai elemen pembentuk permukiman berawal dari Lou (rumah panjang), membentuk pola hunian yang radial. Namun penyebaran tersebut tidak menyamarkan peranan Lou sebagai pusat kawasan, tetapi justru memperkuat peranan Lou sebagai pusat dari kawasan hunian tersebut