Analisis Ketersediaan Dan Prediksi Kebutuhan Air Di Kabupaten Jombang

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kegiatan masyarakat maupun pemerintah di berbagai bidang seperti pembukaan lahan pertanian, pengembangan wilayah perkotaan dan sarana lainnya, kebutuhan airpun semakin meningkat. Sulitnya air permukaan di setiap musim kemarau akibat perubahan fungsi lahan tentunya sangat berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setiap hari. Salah satu alternatif untuk mendapatkan air adalah dengan memanfaatkan airtanah. Mengingat peran airtanah semakin penting, maka pemanfaatannya harus didasarkan pada keseimbangan dan kelestariannya. Untuk menjamin pemanfaatan airtanah yang berwawasan lingkungan dan lestari, serta memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan akibat eksploitasi airtanah yang melebihi batas, maka perlu dilakukan adanya perhitungan ketersediaan air dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui neraca air atau keseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air di wilayah Kabupaten Jombang dengan menitik beratkan pada ketersediaan air permukaan yang dibantu dengan air tanah yang akan dihitung mulai dari kondisi eksisting (tahun 2011) sampai dengan tahun 2030 mendatang lalu memetakan hasil dari neraca airnya. Analisa ketersediaan air dalam hal ini mencakup tiga komponen, yaitu: ketersediaan air permukaan (air hujan dan mata air) , ketersediaan airtanah (sumur bor) dan ketersediaan air PDAM. Sedangkan untuk analisa kebutuhan air terdiri dari kebutuhan air domestik, non domestik, industri dan, irigasi. Dari perhitungan ketersediaan dan kebutuhan air tersebut, lalu diproyeksikan sampai dengan tahun 2030 dengan menggunakan metode Proyeksi Trend dengan Regresi kemudian dari perhitungan tersebut dihasilkan neraca air yang selanjutnya dilakukan pemetaan dengan menggunakan program aplikasi arc GIS 9.3. Berdasarkan hasil analisa diatas diperoleh total ketersediaan air tanah yang mampu menyuplai ketersediaan air permukaan pada tahun eksisting sebesar 65,96 juta m3/tahun serta total ketersediaan air dari air permukaan dan air tanah sebesar 2,565 x 109 m3/tahun dan total kebutuhan air sebesar 718,51 juta m3/tahun. Sehingga hasil neraca air sebesar 1,84679 x 109 m3/tahun. Dari ketiga skenario yang dihitung didapatkan kebutuhan air untuk tahun 2030 pada skenario-1 sebesar 1,80935 x 109 m3/tahun, pada skenario-2 sebesar 1,181911 x 109 m3/tahun, pada skenario-3 sebesar 1,81908 x 109 m3/tahun. Dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang, terdapat 4 Kecamatan yang mengalami defisit air. Defisit air terbesar terjadi di Kecamatan Ploso dengan nilai sebesar 24,75 x 106 dengan kategori kritis