Implementasi Sensor Ultrasonik Untuk Mobilitas Tunanetra

Saat ini penyandang tunanetra menggunakan alat bantu jalan konvensional berupa tongkat putih atau anjing terlatih untuk membantu pergerakan, meningkatkan keamanan dan kemandirian pada saat berjalan. Dengan cara menggerakkan tongkatnya sesering mungkin, tentunya hal ini akan menggangu orang-orang yang berada disekitarnya. Disamping itu, jarak jangkauan yang dimiliki tongkat tersebut sangat pendek dan pada saat memegang tongkat penyandang tuna netra sulit untuk menggunakan kedua tangan apabila sedang membawa barang maupun untuk melakukan aktifitas lainnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam tugas akhir saya ini menyajikan “Implementasi Sensor Ultrasonik Untuk Mobilitas Tunanetra” dengan harapan dapat menggantikan dan menyempurnakan peran alat bantu jalan tunanetra yang selama ini telah ada. Alat ini memiliki dimensi sebesar 6×6×4,5 cm. Ketepatan hasil pengukuran sangat bergantung pada ketelitian sensor ultrasonik PING))) dalam melakukan penghitungan jarak halangan dan sudut pantulnya. Setelah dilakukan pengujian, Secara keseluruhan sistem dapat mengeluarkan suara yang sesuai dengan jarak langkah sebenarnya. Nilai prosentase kesalahan pengukuran jarak adalah 0,90% dengan nilai jarak minimal yang dapat dibaca sensor PING adalah 3,23 cm dan jarak maksimal yang terbaca adalah 332,32 cm. Hasil nilai sudut halangan yang dapat terukur dengan baik adalah antara rentang sudut -15o sampai 15o. Sistem ini menggunakan sisa langkah menuju halangan sebagai keluaran dengan resolusi pengukuran adalah 25 cm untuk tiap langkah dan jarak keluaran maksimal adalah 10 langkah. Dengan mempunyai informasi yang cukup tentang jarak halangan yang akan dilewati, penyandang dapat berjalan dengan aman, nyaman, dan lebih leluasa tanpa perlu alat bantu jalan konvensional dengan menghasilkan keluaran suara yang mudah dipahami oleh pengguna