Pengaruh Kondisi Temperatur Meshophilic dan Thermophilic Anaerob Digester terhadap Parameter Karakteristik Biogas

Masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahan bakar fosil, hal tersebut menyebabkan berkurangnya sumber daya alam, sehingga saat ini banyak usaha–usaha untuk mengurangi ketergantungan tersebut diantaranya dengan mengunakan bahan bakar alternatif yaitu biogas. Biogas merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil yang semakin hari keberadaannya semakin langka. Bahan bakar biogas dapat dihasilkan dari kotoran hewan seperti (kuda, sapi, kambing, babi dll). Kotoran kuda dipilih karena mengandung rasio perbandingan karbon dan nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan rasio perbandingan karbon dan nitrogen yang dimiliki oleh kotoran sapi. Pada proses pembentukan biogas, temperatur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil biogas. Temperatur yang dapat digunakan untuk memanaskan digester adalah psycophilic, meshophilic dan thermophilic. Pada, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan hasil biogas pada temperatur meshophilic dan thermophilic. Campuran kotoran kotoran kuda dan air sebagai substrat, dimasukkan ke dalam digester dengan perbandingan 1:2 (kg kotoran kuda: kg air). Jenis reaktor biogas yang digunakan adalah sistem batch bervolume 28 liter, sedangkan temperatur pemanasan yang digunakan adalah 35°C dan 55°C. Hasil penelitian menunjukkan temperatur thermophilic memiliki nilai kalor, massa gas dan komposisi biogas paling tinggi. Pada kondisi tanpa pemanasan memiliki tekanan akhir sebesar 45,994 kPa, komposisi CH4 48,7%, massa biogas 0,146 mol dan nilai kalor 23028,352 kJ/m3. Meshophilic 35⁰C memiliki tekanan akhir sebesar 55,601 kPa, komposisi CH4 56,3%, massa biogas 0,176 mol dan nilai kalor 28315,976 kJ/m3. Thermophilic 55°C memiliki tekanan akhir sebesar 81,296 kPa, komposisi CH4 59,8%, massa biogas 0,256 mol dan nilai kalor 34754,163 kJ/m3