penerapan material alami pada pusat pengembangan Agrotechnology di Pujon,

Indonesia merupakan negara pertanian yang subur. Namun masih banyak produk pertanian import yang masuk ke Indonesia. fenomena seperti ini disebabkan banyak aspek, diantaranya adalah kalahnya teknologi pertanian Indonesia serta pola pikir masyarakat yang masih menganggap produk import lebih baik dari pada produk lokal. karena itu perlu adanya suatu fasilitas pengembangan dan edukasi pertanian untuk meningkatkan kualitas pertanian. dan objek yang di ambil adalah pusat pengembangan Agrotechnology di pujon. Pujon dipilih karena merupakan daerah penghasil hortikultura. Proses pembangunan fasilitas pengembangan Agrotechnology berkaitan dengan pemenuhan material bangunan. Namun sumber daya alam yang digunakan dalam proses pembangunan semakin berkurang. Bahan-bahan tambang seperti besi dan baja merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sehingga dalam proses pembangunan saat ini harus memikirkan alternatif material bangunan yang berkelanjutan, dapat diperbaharui lagi. Maka alternatif yang dipilih adalah material alami seperti kayu dan bambu. Material ini tidak akan habis selama di jaga dan dikembangkan lagi atau ditanam lagi. Namun permasalahannya kayu memiliki masa tumbuh yang relatif lama, 50-60 tahun untuk siap dipakai sebagai material bangunan, Lain halnya dengan bambu. Bambu memiliki ribuan spesies dan masa tumbuhnya untuk bisa digunakan sebagai material bangunan relatif pendek, yaitu 3-5 tahun. Sehingga bambu merupakan material paling tepat untuk dikembangkan dalam proses pembangunan saat ini agar tidak merugikan masa depan. Perancangan pusat pengembangan Agrotechnology di pujon menggunakan material alami bambu yang berkelanjutan. Pembangunan fasilitas ini diharapkan dapat membantu mengembangkan kualitas pertanian lokal di Pujon. Dan pemakaian material bambu diharapkan menjadi percontohan bangunan dengan material alami bambu yang berkelanjutan dan tidak merugikan generasi masa depan