Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Bergenbuurt (Jalan Gunung-Gunung) Kota Malang.

Kawasan Bergenbuurt memiliki peninggalan sejarah berupa bangunan kuno bergaya kolonial. Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan Kawasan Bergenbuurt juga mengalami perkembangan dan perubahan pada elemen pembentuknya, yaitu bangunan serta lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kawasan, mengetahui perubahan bangunan dan lingkungan yang terjadi serta menentukan arahan pelestarian lingkungan dan bangunan kuno, dengan memperhatikan penanganan terhadap faktor penyebab perubahan yang terjadi di kawasan ini. Penilaian perubahan kawasan dilakukan dengan pembobotan dengan kriteria penilaian yang berbeda untuk bangunan dan lingkungan. Perubahan citra kawasan dinilai berdasarkan persepsi masyarakat. Penyebab perubahan bangunan ditentukan dengan menggunakan análisis korelasi antara perubahan bangunan dengan variabel-variabel yang dianggap berpengaruh (usia bangunan, rutinitas perawatan, biaya perawatan, kerusakan, penggantian bagian, status kepemilikan dan perubahan fungsi bangunan). Hasil analisis korelasi tersebut menunjukkan bahwa faktor utama penyebab terjadinya perubahan bangunan di Kawasan Bergenbuurt adalah perubahan fungsi bangunan akibat tidak adanya ketentuan pemanfaatan bangunan serta kerusakan dan penggantian bagian bangunan yang disebabkan tidak adanya pedoman pemeliharaan bangunan kuno ataupun prosedur yang baku bagi pemilik atau pengelola bangunan. Analisis perubahan lingkungan lebih menitikberatkan pada perkembangan elemen fisik lingkungan dari waktu ke waktu yang meliputi elemen tata guna lahan, intensitas bangunan, aksesibilitas, ruang terbuka dan aktivitas pendukung serta lima elemen citra kawasan ( path, node, edge, landmark serta district ). Analisis perubahan citra kawasan dilakukan dengan metode statistika sederhana dengan menggunakan nilai jawaban tertinggi yang dipilih responden. Perubahan citra disebabkan oleh perubahan tampilan dan fungsi bangunan kuno, serta maraknya pendirian bangunan baru dengan bentuk dan massa yang berbeda (kontras). Arahan pelestarian bagi bangunan kuno ditentukan berdasarkan hasil análisis korelasi penyebab perubahan bangunan, yang difokuskan pada upaya penyusunan aturan dan pedoman pemanfaatan serta pelestarian bangunan. Penilaian makna kultural dilakukan untuk menentukan bangunan yang dilestarikan, dengan perincian 24 bangunan kuno termasuk dalam tindakan pelestarian preservasi, 308 bangunan kuno tergolong dalam tindakan pelestarian konservasi, dan 73 bangunan tergolong dalam tindakan rehabilitasi. Arahan pelestarian bagi lingkungan dilakukan dengan memberi perlindungan terhadap elemen fisik lingkungan, khususnya yang mengalami perubahan terbesar yaitu ruang terbuka hijau. Pelestarian lingkungan juga dilakukan melalui perlindungan citra kawasan serta penguatan elemen citra yang dianggap mulai melemah atau kabur oleh responden, yaitu landmark, district dan edge