Pengaruh Temperatur Transesterifikasi Minyak Biji Alpukat Dan Katalis KOH Terhadap Sifat Fisik Biodiesel.

Pembuatan biodiesel dari minyak nabati umumnya dilakukan dengan proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi merupakan proses yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat minyak nabati agar mendekati sifat bahan bakar berbasis minyak bumi yaitu dengan menggunakan alkohol (metanol, etanol, atau butanol) yang dicampur dengan katalis (sodium hidroksida atau potasium hidroksida) untuk memecah molekul minyak (trigliserida) secara kimia menjadi metil atau etil ester dan gliserol. Biji alpukat hingga saat ini merupakan bahan yang tidak banyak dimanfaatkan orang dan mengandung trigliserida serta kandungan asam lemak bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur transesterifikasi minyak biji alpukat dan katalis KOH terhadap sifat fisik biodiesel. Variabel bebas penelitian adalah temperatur transesterifikasi (40; 50; 60; 70 dan 80°C) dan katalis KOH yang ditambahkan (0,5; 0,75 dan 1%). Variabel terkontrolnya adalah waktu transesterifikasi (60 menit), metanol (20 % dari berat awal minyak) dan volume awal minyak (250 ml). Sedangkan variabel terikat yang diamati adalah sifat fisik biodiesel antara lain massa jenis, viskositas, nilai kalor, titik nyala, titik tuang, dan indeks setana. Dari hasil penelitian diketahui bahwa semakin tinggi temperatur transesterifikasi minyak biji alpukat dan katalis KOH maka diperoleh sifat fisik yang lebih baik, yaitu dengan semakin menurunnya massa jenis, viskositas, titik nyala, titik tuang serta dengan semakin meningkatnya nilai kalor dan indeks setana. Pada temperatur 80°C dan persentase KOH 1% diperoleh sifat fisik biodiesel yang optimum yaitu massa jenis 883 kg/mm 3 , viskositas 5,12 mm 2 /s, titik nyala 172 o C, nilai kalor 11432,56 kal/g, titik tuang 7 o C dan indeks setana 47,98