Model Struktur Rangka Atap Baja Ringan dan Baja Konvensional akibat Beban Gravitasi.

Seiring dengan perkembangan jaman, semakin pesat perkembangan ilmu pengetahuan, semakin cepat pula perkembangan dalam dunia konstruksi. Banyak bahan-bahan baru diciptakan untuk menggantikan bahan-bahan yang sudah ada dengan berbagai macam kelebihannya. Salah satunya adalah baja ringan.Baja ringan banyak digunakan sebagai bahan untuk rangka atap sebagai pengganti kayu dan baja konvensional. Akan tetapi belum ada strandar nasional yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungan konstruksi baja ringan. Oleh karena itu banyak dibutuhkan pengujian-pengujian untuk mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan dari baja ringan dibandingkan dengan kayu ataupun baja konvensional. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui regangan dan lendutan yang terjadi pada baja ringan bila dibandingkan dengan baja konvensional. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban pada model struktur rangka atap baja ringan dengan bentang 365 cm dalam 2 dimensi, dimana beban akan diberikan pada tiap titik buhul. Beban diberikan secara bertahap dengan peningkatan beban sebesar 115 kg. Hasil regangan dan lendutan yang diperoleh dalam pengujian, dianalisis dengan bantuan STAAD Pro 2004 dan selanjutnya dibandingkan dengan baja konvensional. Dalam penelitian dibandingkan pula berat dan biaya yang diperlukan dalam model struktur rangka atap yang sama. Dari pengujian diperoleh bahwa regangan dan lendutan yang terjadi pada baja konvensional lebih besar daripada regangan dan lendutan yang terjadi pada baja ringan hasil pengujian di laboratorium dan lebih kecil daripada regangan dan lendutan yang terjadi pada baja ringan hasil analisis dengan STAAD Pro 2004. Sedangkan untuk perbandingan berat dan biaya, baja ringan lebih ringan dan lebih murah dibandingkan dengan baja konvensional dalam model struktur rangka atap yang sama