Pola Permukiman Kampung Kauman Kota Malang

Perkampungan masyarakat muslim di Jawa dikenal dengan nama Kampung Kauman, yang dahulu merupakan kompleks tempat tinggal para kaum ulama dan kerabatnya. Aktivitas sosial budaya masyarakat Kampung Kauman sarat dengan nilainilai kebudayaan Islam. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik Kampung Kauman Kota Malang berdasarkan elemen ekistik permukiman, pola spasial kampung yang meliputi hierarki, keterbukaan ruang, pola besaran ruang dan orientasi, setelah itu merekomendasikan arahan penataan Kampung Kauman Kota Malang khususnya arahan intensitas pembangunan untuk menjaga kesan lingkungan kampung dan sebagai pengendali pembangunan. Di akhir penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa perkembangan permukiman di Kampung Kauman tidak dapat ditelusuri secara pasti, namun, ada beberapa literatur dan temuan-temuan di lapangan yang dapat dijadikan referensi dalam memperkirakan perkembangan permukiman di Kampung Kauman sejak jaman kolonial Belanda hingga saat ini. Metode memperkirakan perkembangan permukiman adalah dengan cara membuat time series perkembangan kampung dalam kurun waktu tertentu. Time series ditentukan pada periode sebelum tahun 1930, tahun 1930-1945, tahun 1946-1960, tahun 1961-1975, tahun 1976-1990 dan tahun 1990-sekarang. Pada Kampung Kauman secara umum terdapat dua pola permukiman di kampung tersebut, yaitu pola permukiman pada rumah-rumah sepanjang gang-gang utama dalam kampung berpola linier mengikuti jalan dan pola permukiman berkumpul dan memusat di dalam kampung. Masjid Jami dan langgar-langgar kampung ditempatkan pada tingkatan tertinggi yaitu hierarki sakral. Bangunan rumah dan bangunan penunjang antara lain fasilitas kampung dan jalan-jalan kampung ditempatkan pada tingkatan hierarki profan. Terdapat dua batas spasial, yaitu fisik yang terjadi akibat tidak adanya jarak antar satu bangunan dan bangunan lainnya dan non fisik yang dimanfaatkan sebagai jalan kampung. Pola besaran ruang di Kampung Kauman terkesan sempit dan melorong. Orientasi permukiman Kampung Kauman Kota Malang tidak memiliki acuan tertentu. Tidak terdapat ciri khusus pada spasial permukiman Kampung Kauman berdasarkan elemen pola spasial, hal ini disebabkan kampung terbentuk secara organis dan tidak terencana, serta terbentuknya kampung ini tidak dipengaruhi oleh adanya keraton dan pusat kerajaan sebagai pusat kerajaan kota-kota lama di Jawa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola spasial permukiman Kampung Kauman Kota Malang adalah pembangunan Masjid Jami pada tahun 1875 dan pembangunan Alun-alun Kota Malang pada tahun 1882, pengelompokan permukiman penduduk berdasarkan etnis pada jaman Belanda, menurut hasil wawancara dengan masyarakat, salah satu hal yang membuat mereka enggan untuk pindah dari Kampung Kauman adalah kentalnya kehidupan religi dan rasa kekeluargaan masyarakatnya, Kampung Kauman sebagian besar juga dihuni oleh masyarakat dengan pendapatan rendah. Secara fisik, dapat terlihat dari kondisi rumah mereka. Kondisi kampung yang padat dan berjejal mengingat kebiasaan penduduk kampung ini yang enggan berpindah dan pendatang menetap yang kian banyak menimbulkan kesan kumuh dalam kampung, kedekatan jarak dengan pusat kota (lokasi kampung tepat di sebelah barat alun-alun Kota Malang) merupakan salah satu faktor pendorong bagi penduduk enggan berpindah serta banyaknya pendatang yang menetap. Penduduk kampung yang sebagian besar merupakan masyarakat dari golongan menengah ke bawah dapat dengan mudah menjangkau pusat kota. Dari hasil analisis, peneliti dapat mengidentifikasi 20 rumah asli yang berumur lebih dari 50 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa di Kampung Kauman masih terdapat bangunan-bangunan lama yang dapat dilestarikan