Estimasi Heritabilitas, Korelasi Genetik Dan Nilai Pemuliaan Bobot Sapih Dan Ukuran Tubuh Sapi Sonok Di Wilayah Sumber Bibit Kabupaten Pamekasan

Keberadaan sapi Madura di pulau Madura tidak hanya dipergunakaan sebagai ternak potong saja, melainkan juga digunakan sebagai kesenian Kerapan sapi dan kontes sapi Sonok. Kontes sapi Sonok merupakan bentuk kesenian tradisional masyarakat Madura yang mengedepankan segi keindahan bentuk tubuh, warna bulu, keserasian dan keterampilan sapi betina yang merupakan hasil seleksi dan pemeliharaan secara khusus. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok ternak binaan Unit Pelaksana Teknis Daerah III (UPTD III) Pembibitan Ternak Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur yang dilaksanakan mulai bulan Desember 2016 sampai Mei 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai heritabilitas (h2), korelasi genetik (rg) dan nilai pemuliaan (NP) pada bobot sapih (BS) dan statistik vital meliputi tinggi pundak (TP), panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 81 ekor sapi Sonok berumur 7-9 bulan, berasal dari 11 ekor viii pejantan dan 81 ekor betina sapi Madura Sonok dengan didukung catatan produksi (recording) bobot sapih dan ukuran tubuh serta diketahui silsilah tetua dari anak sapi yang dihasilkan UPTD III Pamekasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dan observasi langsung di lapang serta dengan penelusuran catatan produksi (recording) bobot sapih dan ukuran tubuh dengan metode penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan ketentuan sapi Madura Sonok berumur 7-9 bulan yang diketahui silsilah tetua di wilayah sumber bibit Kabupaten Pamekasan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah statistik vital dan bobot sapih sapi Sonok. Parameter genetik yang dianalisis adalah nilai heritabilitas, korelasi genetik serta nilai pemuliaan statistik vital dan bobot sapih. Estimasi nilai heritabilitas dan korelasi genetik dihitung dengan menggunakan metode korelasi saudara tiri sebapak. Komponen ragam dan peragam antara pejantan dan dalam pejantan untuk menghitung nilai heritabilitas dan korelasi genetik diestimasi menggunakan analisis ragam dan peragam, Rancangan Acak Lengkap pola searah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan bobot sapih dan ukuran tubuh sapi Madura Sonok umur 205 terkoreksi yaitu bobot sapih 121,82 + 4,02 kg, tinggi pundak 97,51+4,22 cm, panjang badan 98,99+3,99 cm dan lingkar dada 108,59+3,80 cm. Nilai heritabilitas bobot sapih tergolong kategori tinggi yaitu 0,51±0,43 dan ukuran tubuh tergolong kategori sedang yaitu tinggi gumba 0,27+0,27, panjang badan 0,29+0,27 dan lingkar dada 0,30+0,27. Korelasi genetik antara bobot sapih dengan tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada sapi Sonok tergolong kategori tinggi masing-masing sebesar secara berurutan 0,51; 0,55; dan 0,78. Ranking nilai pemuliaan tertinggi untuk sifat bobot sapih tertinggi dari ix keturunan pejantan A dengan nilai 2,23. Nilai pemuliaan untuk ukuran tubuh mulai dari tinggi pundak diperoleh dari pejantan B sebesar 0,66, panjang badan diperoleh dari pejantan D sebesar 0,79, dan lingkar dada tertinggi diperoleh dari pejantan C sebesar 0,62. Hasil penelitian menunjukan bahwa 52 % pejantan sapi Madura tetua sapi Sonok memiliki nilai pemuliaan bobot sapih dan ukuran tubuh positif dan 48 % negatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: nilai heritabilitas bobot sapih sapi Sonok masuk dalam kategori tinggi, dan ukuran tubuh masuk dalam kategori sedang. Nilai korelasi genetik tertinggi yaitu bobot sapih dengan lingkar dada, sehingga lingkar dada dapat dijadikan dasar seleksi. Estimasi nilai pemuliaan bobot sapih dan ukuran tubuh perlu dilakukan secara reguler sebagai dasar seleksi guna kemajuan genetik pada generasi berikutnya