Evaluasi Aktivitas Antimikrobial (Streptococcus Agalactiae) Menggunakan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa L.) Dengan Pelarut Yang Berbeda

Mastitis merupakan penyakit peradangan pada ambing ternak perah. Kasus mastitis tipe subklinis mencapai 97-99% dan memberikan dampak penurunan produksi susu hingga 35- 40 %. Patogen yang sering ditemukan dalam kasus mastitis subklinis yaitu Streptococcus agalactiae berkisar 92% - 60,6%. Berdasarkan penelitian sebelumnya mahkota dewa (Phaleria macrocarpa L.) memiliki zat antibaterial yang dapat mencegah bakteri mastitis subklinis. Zat antibakteri pada buah mahkota dewa terdiri dari alkaloid, saponin, flavonoid, tanin dan polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas mikrobial ekstrak daging buah mahkota dewa dalam menghambat bakteri Streptococcus agalactiae menggunakan pelarut ethanol dan pelarut aquades. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Mei sampai 2 Juni 2016 yang dilakukan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya. Ekstrak buah mahkota dewa diperoleh di Laboratorium MIPA Universitas Islam Negri Malang dan viii Laboratorium Bakteriologi Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Isolasi bakteri diperoleh di Laboratorium Bakteriologi Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Materi penelitian meliputi bakteri Streptococcus agalactiae yang didapatkan dari hasil isolasi mastitis subklinis dan ekstrak buah mahkota dewa dengan pembanding 2 pelarut aquades dan Ethanol. Metode yang digunakan adalah percobaan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah dibuat ekstrak buah mahkota dewa dengan 2 jenis pelarut (aquades dan ethanol ) konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% sedangkan untuk perlakuan kontrol positif menggunakan iodips 10%. Variabel yang akan diamati yaitu diameter zona hambat berupa zona bening pada medium MHA. Analisis data pengujian menggunakan ANOVA. Apabila didapatkan perbedaan dilanjutkan uji jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa menggunakan pelarut ethanol dan pelarut aquades memberikan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae. Demikian pula pada tingkat kosentrasi pelarut ethanol dan pelarut aquades memberikan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae. Pada ekstrak buah mahkota dewa menggunakan pelarut ethanol kosentrasi 50% (P5) memiliki kategori zona hambat sangat kuat dengan diameter zona hambat 20,34 mm. Pada ekstrak buah mahkota dewa menggunakan pelarut aquades kosentrasi 50% (P5) memiliki ix kategori zona hambat kuat dengan diameter zona hambat 10 mm. Berdasarkan hasil penelitian dari kedua ekstrak yang diuji Fitokimia, ekstrak ethanol menunjukkan ada senyawa kimia tanin dengan nilai (++), senyawa flavonoid dengan nilai (++), senyawa alkaloid dengan nilai (++) dan senyawa saponin dengan nilai (++). Pada ekstrak buah mahkota dewa menggunakan pelarut aquades menunjukkan ada senyawa kimia tanin dengan nilai (+), senyawa flavonoid dengan nilai (-), senyawa alkaloid dengan nilai (++) dan senyawa saponin dengan nilai (+). Hasil senyawa pada ekstrak ethanol memberikan hasil zona hambat lebih optimal 63,92 mm dibandingkan pelarut aquades dengan zona hambat 27,40 mm terhadap bakteri Streptococcus agalactiae. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak buah mahkota dewa menggunakan pelarut ethanol memiliki aktifitas antimikrobial terhadap bakteri Streptococcus agalactiae lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut aquades. Pada ekstrak buah mahkota dewa menggunakan pelarut ethanol kosentrasi 50% memiliki zona hambat tertinggi terhadap Streptococcus agalactiae