Hubungan Antara Diameter Lubang Puting Terhadap Tingkat Kejadian Mastitis

Penelitian ini dilaksanakan di CV. Milkindo Berkah Abadi di desa Tegal Sari, Kepanjen, Malang pada bulan Maret sampai April 2013. Materi yang digunakan adalah 30 ekor sapi laktasi, metode penelitian yang digunakan adalah dengan survei langsung kelapang dan melakukan pengukuran lubang puting secara langsung setelah pemerahan, kemudian untuk mengetahui tingkat mastitis pada puting sapi tersebut dilakukan pengambilan sampel susu segar hasil pancaran kedua sebanyak 2ml kemudian diletakan pada paddle, kemudian ditambahkan 2ml CMT kedalam sampel susu lalu diputar perlahan secara horizontal selama 10-15 detik. Pengamatan reaksi campuran antara sampel susu dengan reagen CMT akan dapat ditentukan level mastitis berdasarkan tingkat konsistensinya. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi dan korelasi untuk hubungan antara diameter lubang puting (X) dengan level mastitis (Y) menunjukan bahwa semakin besar diameter lubang puting maka akan selalu diikuti dengan semakin tinggi pula level mastitis sehingga sifat hubungan kedua variabel ini positif dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,282. Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh berbeda nyata dan didapatkan persamaan Y = -1,408 + 2,558X yang berarti bahwa persamaan regresi linier tersebut dapat digunakan sebagai alat penduga nilai Y (level kejadian mastitis) bila nilai X (diameter lubang puting) telah diketahui. Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 32,97%, dapat diartikan bahwa level kejadian mastitis dipengaruhi oleh besarnya diameter lubang puting sebesar 32,97%. Sebagian besar level kejadian mastitis dipengaruhi oleh sanitasi kandang, tatalaksana pemerahan, kebersihan kandang dan peralatan serta kebersihan dari pemerah. Kesimpulan dari 30 ekor sapi perah laktasi (120 puting) didapatkan ukuran diameter lubang puting 0,5-0,9 mm (12.5%), diameter lubang puting 1-1,4 mm (45,83%), diameter lubang puting 1,5-1,9 mm (31,67%) dan diameter lubang puting 2 mm (10%). Level mastitis 0 (10,83%), level mastitis 1 (26,67%), level mastitis 2 (36,67%), level mastitis 3 (17,50%), level mastitis 4 (8,33%). Diameter puting berpengaruh pada level kejadian mastitis berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R²) sebesar 32,97%. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,28 berarti terjadi hubungan positif antara diameter lubang puting dengan tingkat kejadian mastitis. Semakin besar lubang puting maka semakin tinggi tingkat kejadian mastitis. Saran masih banyaknya sapi yang terinfeksi penyakit mastitis maka perlu ditingkatkan upaya pencegahan meliputi : kebersihan kandang dan tubuh ternak, pembersihan peralatan pemerahan, melakukan teat dipping dan dilakukannya pemeriksaan mastitis secara teratur