Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang (Gill Net) Berdasarkan Cara Tertangkapnya Di Instalasi Pelabuhan Perikanan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur

Kabupaten Jember sebagai salah satu wilayah yang ada di Jawa Timur secara geografis mempunyai wilayah laut yang cukup luas dan membentang di sepanjang Pantai Selatan Jawa atau Samudra Hindia dengan panjang pantai kurang lebih 170 km. Sedang luas perairan Jember yang termasuk Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) kurang lebih 8.338,5 km2, dengan potensi lestari sebesar 40.000 ton per tahun. Adapun komoditas jenis-jenis ikan di perairan Jember antara lain meliputi : layur (Trichiurus lepturus), tongkol (Auxis thazard), layang (Decapterus russelli), lemuru (Sardinella lemuru), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus Sp), kakap (Lutjanus sp), kerapu (Epinephelus pachycentru) dan udang barong (Panulirus sp) (Simpotda, 2012). Jenis alat tangkap yang ada di Jember ada tiga jenis, salah satunya adalah jaring insang atau gillnet (Laporan tahunan Pelabuhan Perikan Puger, 2014). Gill Net merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan (nasional dan internasional) untuk menangkap ikan di laut. Gill net termasuk alat penangkap ikan yang pasif, selektif dan juga ramah lingkungan (Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Istilah gill net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap gill net terjerat disekitar operculumnya pada mata jaring. Tertangkapnya ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring ataupun terbelit (entangled) pada tubuh jaring. Martasuganda (2004), menjelaskan bahwa cara tertangkapnya Ikan pada alat tangkap gillnet ada empat, yaitu : Gilled (terjerat pada insang), wedged (terjerat pada bagian badan depan sirip punggung), snagged (terjerat pada mulut), entangled (terbelit jaring). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey. Analisis data dikelompokkan menjadi tiga macam : Pertama, analisis data mengenai komposisi hasil tangkapan gill net berdasarkan cara tertangkapnya yang diperoleh dengan cara memasukkan data pada rumus : P=(ni/N)100%. Kedua, analisis data mengenai komposisi hasil tangkapan gill net berdasarkan jenis yang diperoleh dengan cara memasukkan data pada rumus : P=(ni/N)100%. Ketiga, analisis data mengenai indek keanekaragaman hasil tangkapan yang diperoleh dengan cara memasukkan data pada rumus : . Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa komposisi ikan hasil tangkapan gill net berdasarkan cara tertangkapnya dari seluruh sampel data yang paling dominan adalah tertangkap pada gilled yaitu 1532 ekor atau 52%, sedangkan yang lain seperti halnya wedged 1137 ekor atau 38%, snagged 251 ekor atau 8%, dan entangled 52 ekor atau 1%. Ikan yang paling dominan tertangkap adalah lemuru (sardinella sp) yaitu 1592 ekor atau 58%. Sedangkan ikan tangkapan lain seperti halnya tembang (s. gibbosa) 1085 ekor atau 40%, cakalang (katsuwonus pelamis) 11 ekor atau 0.03%, tongkol (auxis thazard) 11 ekor atau 0.3%, bang-bangan (lutjanus erytropkercu) 4 ekor atau 0.13%, julungjulung (dermogenys sp) 2 ekor atau 0.07%, selar (s. leptolepis) 35 ekor atau 1% layang (Decapterus russelli) 3 ekor atau 0.1%. Indeks keragaman ikan hasil tangkapan gill net di Puger menunjukan adalah 0,49 – 0,85. Jadi nilai indeks keragman pada alat tangkap gill net di Pelabuhan Perikanan Puger menunjukan kerteria H’ < 1 atau dapat dibilang bahwa tingkat keragaman rendah