Efektivitas Ekstrak Biomassa Spirulina Platensis Dengan Pelarut Berbeda Sebagai Antibakteri Terhadap Salmonella, E.Coli, Dan S.Aureus

Spirulina platensis merupakan mikroalga yang termasuk kedalam kelompok alga hijau biru (Cyanophyta) dengan kandungan klorofil yang tinggi (Rouhier, 2009). Spirulina dapat tumbuh pada perairan tawar, air laut, dan media tanah dengan pH 8-11 (alkali) dan suhu 32oC-45oC. Dibawah mikroskop spirulina ini berbentuk benang (filamen) yang diakibatkan rangkaian sel dengan dinding yang tipis berbentuk silindris dengan diameter 1-12 mikrometer (Prasetyo dan Elizabeth, 2010). S.platensis memiliki kandungan nutrisi yang tinggi menyebabkan banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan dan suplemen makanan (Anam et al., 2014). Selain itu S.platensis juga mengandung zat aktif yang dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti virus, fungisida, enzim penghambat, sitotoksik, algisida, dan imunosupresif (Kumar et al., 2011). Untuk mendapatkan zat bioaktif pada S.platensis sebagai antibakteri dilakukan ekstraksi dengan cara maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi dengan cara merendam serbuk menggunakan pelarut tertentu tanpa pemanasan (Sagala, 2015). Penelitian ini dilakukan Lab Tropical Disease Diagnostic Centre (TDDC) untuk proses pengeringan menggunakan Freeze dryer dan UPT.PPMHP Surabaya ekstraksi, uji fitokimia, analisa antimikroba, dengan sampel diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau BBAP) Situbondo, Jawa Timur. Metode penelitian digunakan dalam adalah metode eksperimen. eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu dilakukan proses manipulasi melalui pemberian treatment/perlakuan tertentu terhadap suatu subjek yang kemudian diamati/diukur dampaknya (Jaedun, 2011). Dalam penelitian ini dilakukan 2 tahapan, yaitu tahap pertama pembuatan serbuk S.platensis dengan proses pengeringan menggunakan Freeze dryer, kemudian proses maserasi dengan pelarut serta lama maserasi yang berbeda, lalu di uji kandungan bioaktif menggunakan uji fitokimia. Sedangkan tahap kedua yaitu uji antibakteri secara dilusi dan difusi. Berdasarkan hasil uji fitokimia, kandungan bioaktif terbaik menggunakan pelarut metanol dengan lama maserasi 48 jam. Sedangkan konsesntrasi terbaik untuk uji cakram yaitu dengan konsentrasi 1500 ppm dengan zona hambat tertinggi 25,57 mm pada E.coli. Pada uji antibakteri secara dilusi jumlah koloni terendah terdapat pada bakteri S.aureus dengan konsentrasi 800 ppm dan jumlah rerata koloni 1,67 koloni. Dari hasil penelitian ini, perlu dilakuakan uji antibakteri secara dilusi menggunakan absorbansi, sehingga hasil yang diperoleh tidak bersifat subjektif serta menggunakan bakteri patogen selain Salmonella, E.coli, dan S.aureus, sehingga akan diperoleh efektivitas biomass S.platensis terhadap bakteri patogen lainnya