Analisis Karakteristik Sistem Imun Kepiting Bakau (Scylla serrata) di muara Sungai Aloo, Sidoarjo dan muara Sungai Wonorejo, Surabaya

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tampungan air bagi daerah sekitarnya. Kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya. Aliran air permukaan di Kota Surabaya dimulai dari Dam Mlirip (Kabupaten Mojokerto), kemudian melewati Sidoarjo, Gresik, akhirnya sampai sampai di Dam Jagir Wonokromo (Surabaya) yang bermuara pada Sungai Wonorejo. Sementara itu kualitasnya cenderung mengalami penurunan. Adanya variasi lingkungan salah satunya yaitu terjadi pencemaran menyebabkan perubahan pada sistem imun crustacea, salah satunya kepiting. Variasi lingkungan sering menegangkan bagi crustacea, menghasilkan penurunan dari kekuatan sistem imun yang diukur dengan jumlah hemosit, aktivasi PROPO, indeks fagositosis dan melepaskan radikal oksigen bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi ekologis perairan Sungai Wonorejo dan Sungai Aloo yang dilihat dari analisis karakteristik sistem imun kepiting bakau (Scylla serrata). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-oktober 2014 di muara Sungai Wonorejo, muara Sungai Aloo, dan Taman Nasional Baluran sebagai lokasi pengambilan kepiting kontrol, Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH), Universitas Brawijaya Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan mengenai suatu gejala yang ada di alam menurut apa adanya dengan cara melakukan analisa laboratorium pada saat penelitian dilaksanakan. Pengambilan sampel kepiting dilakukan di muara Sungai Wonorejo, muara Sungai Aloo dan kepiting kontrol diambil dari Taman Nasional Baluran, Situbhondo. Penghitungan jumlah total hemosit (THC) dan differential haemocyte count (DHC) dengan menggunakan haemocytometer diamati dibawah mikroskop binokuler, dilanjutkan pengamatan aktivitas fagositosis kemudian untuk pengamatan aktivitas respiratory burst dilakukan pembacaan dengan menggunakan ELISA reader pada absorbansi 620nm. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH perairan, oksigen terlarut (DO), salinitas dan total suspended solid (TSS). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata jumlah total hemosit kepiting bakau di muara Sungai Wonorejo, muara Sungai Aloo, dan kontrol adalah 13325000; 6660000; 21760000 sel/ml. Hasil analisa statistik dengan uji Kruskal-Wallis diketahui bahwa rata-rata jumlah total hemosit pada ketiga lokasi berbeda nyata. Untuk nilai rata-rata jumlah sel granulosit kepiting bakau di muara Sungai Wonorejo, muara Sungai Aloo, dan kontrol adalah 804,74; 607,95; 989,06% . Hasil analisis statistik dengan uji Kruskall-Wallis diketahui bahwa ratarata jumlah sel granulosit pada ketiga lokasi berbeda nyata. Untuk nilai rata-rata jumlah sel semigranulosit kepiting bakau di muara Sungai Wonorejo, muara Sungai Aloo, dan kontrol adalah 514,55; 523,28; 345,68% . Hasil analisis statistik dengan uji Kruskall-Wallis diketahui bahwa rata-rata jumlah sel semigranulosit pada ketiga lokasi berbeda nyata. Untuk nilai rata-rata jumlah sel hialin kepiting bakau di muara Sungai Wonorejo, muara Sungai Aloo, dan kontrol adalah 121,19; 200,77; 50,11%. Hasil analisis statistik dengan uji Kruskall-Wallis diketahui bahwa rata-rata jumlah sel granulosit pada ketiga lokasi berbeda nyata