Analisis Tingkat Kematangan Gonad dan Hubungan Panjang Berat Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) Di Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

Pulau Gili Ketapang merupakan daerah potensi sumberdaya perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Probolinggo, namun adanya kegiatan penangkapan yang berlebihan (overfishing) dapat mengakibatkan potensi ikan yang ada di perairan Pulau Gili Ketapang menurun. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan hubungan panjang berat ikan untuk mengetahui awal ikan matang gonad dan pola pertumbuhan ikan yang tertangkap di perairan pantai Pulau Gili Ketapang sebagai upaya pemanfaatan dalam pelestarian dan populasi ikan kursi (Nemipterus nematophorus) itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif observatorial dengan melakukan observasi dan pengumpulan data terkait panjang ikan, berat ikan, data pengamatan tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin ikan yang diamati, kemudian menganalisis hubungan panjang dan berat, analisis tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad dan analisis rasio kelamin jantan dan betina untuk menggambarkan aspek biologis Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) yang tertangkap di perairan Pulau Gili Ketapang. Jumlah sampel yang didapat untuk penelitian ini sebanyak 48 ekor ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) dengan rata-rata frekuensi panjang ikan kurisi jantan 18,81 cm, sedangkan pada ikan kurisi betina 18,98 cm dan kisaran rata-rata berat ikan kurisi jantan 97,86 gram sedangkan ikan kurisi betina 82 gram. Hubungan panjang dan berat Ikan Kurisi jantan didapatkan W = 0,018 L 2,898 sedangkan ikan kurisi betina didapatkan nilai W= 0,953 L 1,512 dimana b < 3 menunjukkan pertumbuhan allometrik negatif. TKG ikan kurisi jantan TKG I sebanyak 15 ekor, TKG II sebanyak 6 ekor, TKG III sebanyak 1 ekor, sedangkan TKG ikan kurisi betina TKG I sebanyak 16 ekor, TKG II sebanyak 1 ekor, TKG III sebanyak 1 ekor, TKG IV sebanyak 5 ekor, TKG V sebanyak 2 ekor dan TKG VI sebanyak 1 ekor. Dari hasil IKG ikan kurisi jantan tertinggi kisaran 0,09 – 0, 71 sebanyak 6 ekor dan kisaran terendah 0,30-0,92 sebanyak 3 ekor, sedangkan IKG pada ikan kurisi betina tertinggi kisaran 0,33-0,74 sebanyak 8 ekor dan kisaran terendah 2,1-2,51 sebanyak 1 ekor. Panjang pertama kali matang gonad (Lm) ikan kurisi jantan tidak dapat dihitung karena ikan kurisi jantan yang tertangkap belum matang gonad sedangkan (Lm) ikan kurisi betina didapatkan nilai 20,5 cm. Parameter kualitas air yang meliputi suhu didapatkan nilai 29 0C – 300C, nilai DO didapatkan hasil 6,1 – 7,9 ppm, karbondioksida (CO2), nitrat didapatkan nilai 0,12 -0,14 mg/l, orthofosfat didapatkan nilai 0,02 – 0,03 mg/l, pH didapatkan hasil 7- 8 dan TOM didapatkan hasil 5,08 ppm – 6,32 ppm. Dari hasil pengukuran parameter kualitas air yang berada di Pulau Gili ketapang pada kisaran normal atau dapat mendukung bagi pertumbuhan ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) yang ada di Pulau Gili Ketapang. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah penangkapan ikan kurisi(Nemipterus nematophorus) yang berlebihan belum mendukung kelestarian berkelanjutan sehingga perlu adanya perencanaan ii kebijakan terkait aktivitas di perairan pantai Pulau Gili Ketapang yang dapat mempengaruhi potensi dan ekosestem ikan. Saran yang didapat dari penelitian ini adalah perlu adanya perencanaan kebijakan terkait aktivitas penangkap Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) di perairan Pulau Gili Ketapang mulai dari manajemen alat tangkap yang di atur mesh size nya sehingga ikan yang ditangkap tidak saat matang gonad. Serta perlu diadakan sosialisai terhadap kebijakan konsevasi yang telah dibuat kepada masyarakat untuk kelestarian ikan yang ada di perairan Pulau Gili Ketapang