Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil Di Wpp 573 Jawa Timur Bagian Selatan

Indonesia adalah kepulauan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas wilayahnya 70% berupa lautan, yang mana memiliki potensi sumberdaya perikanan laut beragam. Potensi sumberdaya perikanan laut di indonesia ini didominasi oleh hasil tangkapan ikan pelagis kecil dan sisanya ada ikan pelagis besar serta ikan demersal. Dimana hampir seluruh hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di Indonesia, menjadi konsumsi mayarakat lokal. Namun, tingkat pemanfaatan ikan pelagis kecil di WPP 573 dibagian selatan Jawa Timur, sudah pada tingkat overfishing atau tangkap lebih. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan perikanan agar memperoleh manfaat yang optimum serta berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kwantitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan keadaan dilapang yang dituangkan dalam bentuk kalimat. Dalam penelitian ini menggunakan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur tahun 2004-2013 yang meliputi data hasil tangkapan, jumlah alat tangkap dan nilai produksi. Dimana data tersebut akan dianalisi dengan menggunakan pendekatan ekologi melalui metode schaefer, fox dan waltern hilborn untuk mengetahui dinamika stok dari ikan pelagis kecil. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh alat tangkap standart untuk menangkap ikan pelagis kecil di wilayah 1 (Banyuwangi, Jember dan Lumajang) dan wilayah 3 (Trenggalek, Tulungagung dan Pacitan) adalah purse seine, sedangkan di wilayah 2 (Malang, Blitar) adalah alat tangkap payang. Dengan hasil tangkapan jenis ikan dominan yaitu Lemuru (Sardinella Sp.), Layang (Decapterus russelli), Teri (Stelophorus Spp.), Selar (Caranx Sp.) dan Kembung (Rastrelliger Sp.). Potensi sumberdaya ikan Pelagis kecil dominan di Provinsi Jawa Timur bagian Selatan, per wilayah berdasarkan pendekatan ekologi adalah wilayah 1: ikan Lemuru (Fully exploited), Layang (Depleted), Teri (Moderate), Kembung (Depleted) dan Selar (Moderate). Wilayah 2: ikan Lemuru (Fully exploited), Layang (Moderate, Teri (Moderate), Kembung (Moderate) dan Selar (Moderate). iii Wilayah 3: ikan Lemuru (Moderate), Layang (Moderate), Teri (Moderate), Kembung (Depleted) dan Selar (Over exploited). Hasil analisis skenario pengelolaan perikanan berkelanjutan, dengan melakukan pendugaan stok selama 10 tahun dari tahun 2014-2023 berdasarkan tingkat pemanfaatannya, dari perhitungan non equilibrium state wilayah yang kondisi pemanfaatannya masih bisa diolah dengan baik adalah wilayah 1 yaitu sebagai berikut: Ikan Lemuru berada pada status fully exploited, dengan dilakukannya pengurangan jumlah effort sisa biomas meningkat 36% dari tahun 2013 sebesar 16.800 ton. Ikan Layang berada pada kondisi depleted, dengan dilakukan pendugaan pengurangan jumlah effort sisa biomas meningkat 56.104% dari tahun 2013 sebesar 12.099 ton. Ikan Teri pada kondisi moderate , dengan dilakukan pendugaan penambahan jumlah effort sisa biomas mengalami penurunan 406% dari tahun 2013 sebesar 847 ton. Ikan Kembung pada kondisi depleted, dengan melakukan pendugaan pengurangan jumlah effort maka sisa biomas mengalami peningkatan 173,9%. Ikan Selar berada pada kondisi depleted , dengan dilakukannya pendugaan pengurangan jumlah effort, sisa biomas mengalami peningkatan 66% atau sebesar 14.242 ton dari tahun 2013). Karena peningkatan dan penurunan biomas, tidak hanya tergantung pada tingkat aktifitas penangkapan, namun kondisi lingkungan juga mempengaruhi, seperti ketersediaan makanan yang cukup, dimana wilayah 1 memiliki daerah up welling yang luas