Pengaruh Teknologi Budidaya yang Berbeda Terhadap Kualitas Air pada Tambak Udang Intensif

Budidaya udang di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir ini dikembangkan secara mantap dalam rangka menanggapi permintaan pasar udang dunia. Sistem budidaya cenderung berubah dari budidaya ekstensif menjadi budidaya intensif untuk menanggapi permintaan udang yang terus meningkat tersebut. Teknologi budidaya dengan sistem bioflok, semi bioflok, dan plankton merupakan variasi dalam sistem tambak udang intensif yang ada di Tuban, Jawa Timur. Oleh karena sistem budidaya udang vaname intensif menggunakan padat tebar tinggi, maka peluang terjadinya permasalahan pengelolaan kualitas air menjadi tinggi. Penerapan teknologi budidaya dengan sistem bioflok, semi bioflok, dan plankton diharapkan mampu mengatasi permasalahan pengelolaan kualitas air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan teknologi budidaya yang berbeda terhadap kualitas air (amonia, nitrit, dan nitrat) dan tingkat kelulushidupan pada tambak udang vaname intensif. Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi pertambakan udang vaname yaitu: 1) Desa Bancar, Kecamatan Bancar, 2) Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang dan 3) Desa Keradenan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur pada bulan September 2012 hingga bulan Maret 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sampel air diperoleh dari tiga lokasi pertambakan udang vaname dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai amonia, nitrit, dan nitrat, suhu, pH, DO, salinitas, kecerahan, tingkat kelulushidupan, dan produksi udang vaname. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, kemudian dianalisa secara statistik dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menggunakan aplikasi statistik yaitu SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar rata-rata amonia, nitrit, dan nitrat pada ketiga teknologi budidaya mengalami perubahan selama masa budidaya berlangsung. Kadar rata-rata amonia pada tambak bioflok berkisar antara 0,037 – 0,044 ppm. Kadar rata-rata amonia pada tambak semi bioflok berkisar antara 0,011 – 0,015 ppm. Kadar rata-rata amonia pada tambak plankton berkisar antara 0,023 – 0,026 ppm. Kadar rata-rata nitrit pada tambak bioflok berkisar antara 0,128 – 0,135 ppm. Kadar rata-rata nitrit pada tambak semi bioflok berkisar antara 0,075 – 0,112 ppm. Kadar rata-rata nitrit pada tambak plankton berkisar antara 0,030 – 0,039 ppm. Kadar rata-rata nitrat pada tambak bioflok berkisar antara 1,231 – 1,414 ppm. Kadar rata-rata nitrat pada tambak semi bioflok berkisar antara 0,667 – 0,704 ppm. Kadar rata-rata nitrat pada tambak plankton berkisar antara 0,883 – 0,980 ppm. Rata-rata tingkat kelulushidupan udang vaname pada tambak bioflok adalah 82,74%. Rata-rata tingkat kelulushidupan udang vaname pada tambak semi bioflok adalah 72,92%. Rata-rata tingkat kelulushidupan udang vaname pada tambak plankton adalah 80,62%. Rata-rata produksi udang vaname pada tambak bioflok berkisar antara 20,78 – 26,28 ton/ha. Rata-rata produksi udang vaname pada tambak semi bioflok berkisar antara 14,83 – 20,29 ton/ha. Rata-rata produksi udang vaname pada tambak plankton berkisar antara 7,49 – 9,25 ton/ha. Parameter kualitas air pada masing-masing tambak (bioflok, semi bioflok dan plankton) diantaranya adalah suhu (27 – 32oC), pH (6,5 – 8,2), DO (4,70 – 7,30 ppm), salinitas (1 – 39 ppt), kecerahan (20 – 35 cm). Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kadar amonia, nitrit, dan nitrat pada tambak bioflok memberikan pengaruh yang terbesar pada tambak udang vaname. Kadar amonia, nitrit, dan nitrat yang baik ini berpengaruh terhadap tingkat kelulushidupan dan produksi udang vaname, dimana tingkat kelulushidupan dan produksi pada tambak bioflok menunjukkan nilai tertinggi. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah teknologi budidaya dengan sistem bioflok memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar amonia, nitrit, dan nitrat dalam perairan tambak. Teknologi ini dapat mengontrol kadar amonia, nitrit, dan nitrat dalam tambak yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dan produksi udang vaname. Tingkat kelulushidupan udang vaname pada tambak bioflok mencapai nilai tertinggi, yaitu 82,74%, dibandingkan dengan tingkat kelulushidupan udang vaname pada tambak semi bioflok (72,92%) dan plankton (80,62). Saran yang dapat penulis sampaikan adalah perlu dilakukan identifikasi bakteri dan plankton secara berkala pada ketiga teknologi budidaya untuk mengetahui pergeseran komunitas bakteri dan plankton pada masing-masing teknologi budidaya