Karakterisasi Sifat Morfologi Galur-Galur Jagung (Zea mays L.) Mutan

Jagung (Zea mays L.) adalah salah satu komoditas penting di Indonesia yang banyak digunakan sebagai pakan ternak, makanan konsumsi dan menjadi bahan baku industri lain. Kebutuhan jagung semakin bertambah seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan di Indonesia. Peningkatan tersebut belum dapat mengimbangi permintaan karena pertambahan penduduk setiap tahun yang sangat pesat. Sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia. Beberapa rangkaian program pemuliaan tanaman telah dilakukan untuk mendapatkan karakter tanaman yang diinginkan guna meningkatkan produksi jagung. Salah satunya menggunakan galur yang diinduksi mutasi menggunakan kolkisin. Penelitian yang telah dilakukan, galur yang diinduksi mutasi menunjukkan adanya karakter yang berbeda pada karakter kuantitatif yaitu tinggi tanaman, panjang tongkol, bobot tongkol dan kualitatif yaitu warna biji. Untuk mengetahui perbedaan karakter kuantitatif dan kualitatif serta karakter penciri masing-masing galur dilakukan dengan cara karakterisasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan karakter morfologi dan kategori keragaman pada galur jagung mutan dibandingkan dengan galur non mutan. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan karakter antar galur jagung mutan dengan non mutan, dan diduga galur mutan memiliki kategori keragaman tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2016 di Dusun Areng-Areng, Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih dua galur jagung yang terdiri dari galur generasi mutan ke-2 (INCY M2) hasil dari perlakuan induksi mutasi kontrol; 400 ppm; 600 ppm dan galur generasi mutan ke-2 (INHY M2) hasil dari perlakuan induksi mutasi kontrol, 400 ppm, 800 ppm. Alat yang digunakan untuk kegiatan penanaman dan pemeliharaan adalah cangkul, tugal, sabit, gunting, kamera, kertas label, papan impraboard, spidol dan kertas penyungkup, meteran, penggaris, jangka sorong, dan timbangan analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menanam semua tanaman pada kondisi lingkungan yang sama tanpa menggunakan ulangan (single plant). Analisis data kuantitatif dihitung menggunakan uji-t dengan taraf 5%, setelah itu dihitung nilai koefisien keragaman. Analisis data kualitatif disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan buku panduan karakterisasi yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian (2004) yang dinilai dengan persentase (scoring) serta disajikan dalam bentuk gambar. Berdasarkan hasil pengamatan galur INCY dan INHY, terdapat beda nyata pada beberapa karakter kuantitatif antara galur INCY 400 ppm (mutan) dengan INCY kontrol yaitu karakter jumlah hari benih berkecambah, diameter tongkol, dan bobot pipilan, serta perbedaan nyata antara galur INCY 600 ppm (mutan) dengan INCY kontrol yaitu karakter diameter tongkol dan bobot pipilan. Sedangkan, beda nyata pada beberapa karakter kuantitatif antara galur INHY 400 ppm (mutan) dengan INHY kontrol yaitu karakter umur berbunga betina, umur panen, dan diameter tongkol, serta perbedaan nyata antara galur INHY 800 ppm (mutan) dengan INHY kontrol yaitu karakter umur berbunga jantan, umur berbunga betina, umur panen, dan bobot pipilan. Pada karakter kualitatif galur INHY 400 ppm (mutan) mengalami perbedaan bentuk ujung daun pertama, warna anther, warna silk, warna biji, dan bentuk permukaan biji. Koefisien keragaman galur INCY berkisar 0% - 36.26%, sedangkan koefisien keragaman galur INHY berkisar 0% - 36.03%. Koefisien keragaman tersebut termasuk kriteria keragaman sedang, sehingga dikategorikan belum seragam. Koefisien keragaman menunjukkan kategori belum seragam karena diduga akibat dari hasil induksi kolkisin. Induksi induksi mutasi kolkisin masih berpengaruh pada perubahan karakter tanaman jagung pada generasi selanjutnya. Kolkisin bersifat individual sehingga meskipun beberapa karakter ada yang berbeda dan nilai KK antara sedang hingga rendah masih berpeluang mendapatkan individu terpilih