Pengaruh Teknik Pengolahan Dan Tanaman Pionir Pada Tanah Terdampak Erupsi Gunung Kelud Terhadap Infiltrasi Tanah

Erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada tanggal 14 Februari 2014 berdampak sangat luas, Salah satu wilayah yang terkena dampak paling parah terdapat di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang yang terletak pada radius 2-10 km dari pusat letusan Gunung Kelud. Akibat letusan Gunung Kelud berdampak pada kerusakan lahan pertanian sekitarnya. Kerusakan lahan pertanian tersebut disebabkan oleh semakin menebalnya lapisan material vulkanik yang menutupi lahan pertanian. Hal ini berdampak pada kondisi sifat fisik tanah yang semakin menurun seperti tingkat porositas yang semakin menurun akibat berkurangnya distribusi ruang pori dari timbunan material vulkanik yang semakin menebal, serta menurunnya kandungan bahan organik dalam tanah dan tingkat kemantapan agregat tanah yang semakin menurun. Berbagai dampak yang ditimbulkan sifat fisik tanah yang semakin menurun dapat berpengaruh terhadap hidrologi tanah seperti tingkat infiltrasi tanah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk memperbaiki kondisi lahan yang terdampak erupsi Gunung Kelud, khususnya memperbaiki laju infiltrasi dan sifat fisiknya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2016 yang terdiri dari kegiatan di lapangan dan analisis sifat fisik. Kegiatan di lapangan berada di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Analisis sifat fisik dilakukan di Laboratorium Fisika Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2016. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah Tanah; V1B0T0; V2B0T0; V1BPkTAp; V2BPkTTd; V1BPkTAp; V2BPkTAp. Bahan organik yang digunakan adalah pupuk kandang sapi dengan masing-masing dosis 4 dan 12 ton ha-1. Tanaman pionir yang digunakan adalah tanaman paitan (Thitonia diversifolia) dan tanaman kacang hias (Arachis pintoi) dan menggunakan 2 ketebalan yaitu ketebalan 5 cm dan 15 cm serta menggunakan 2 teknik yaitu teknik olah dan timbun. Hasil analisa sifat fisika tanah secara statistik menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata antara berat isi, kemantapan agregat, ruang pori total, permeabilitas, ruang pori makro, ruang pori mikro dengan infiltrasi tanah. Meskipun tidak nyata secara statistik, hasil analisa sifat fisik tanah cenderung fluktuatif namun, penambahan bahan organik, tanaman pionir serta teknik pengolahan dapat memperbaiki sifat fisik tanah lebih baik dibandingkan dengan teknik timbun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan organik dapat meningkatkan laju infiltrasi tanah. Aplikasi menggunakan teknik pengolahan belum dapat memberikan kenaikan laju infiltrasi yang lebih baik dibandingkan dengan teknik timbun. Kombinasi antara bahan organik, tanaman pionir dan teknik pengolahan ternyata memberikan dampak positif yaitu dapat meningkatkan laju infiltrasi tanah lebih tinggi yaitu sebesar 5,7 cm/jam dengan perlakuan V1BpkTtd ketebalan 5 cm dan 8,07 cm/jam dengan perlakuan V2BpkTtd ketebalan 15 cm dibandingkan dengan teknik timbun