Formulasi dan Uji Efektivitas Pupuk Gambut pada Tanaman Jagung (Zea mays L.).

Tanah gambut adalah tanah yang memiliki karbon organik minimal 18%, bahan organik minimal 30% dan ketebalan lapisan bahan organik minimal 50 cm (USDA, 2010). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2012), menyebutkan bahwa tanah gambut merupakan sisa-sisa tumbuhan yang mengendap dan menumpuk serta belum melapuk dengan ketebalan 50 cm atau lebih, dan kandungan karbon organik (C-organik content) sekurang-kurangnya 12%. Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI, 2012) menyebutkan kedalaman tanah gambut lebih dari 50 cm dan kadar abu berkisar 0-50%. Total luas lahan gambut Indonesia diperkirakan mencapai 14.905.574 ha, yang tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua (Ritung et al. 2012). Lahan gambut sebenarnya kurang ideal dijadikan sebagai lahan pertanian, akan tetapi dengan berkurangnya ketersediaan lahan mineral, maka lahan gambut semakin banyak digunakan untuk pengembangan pertanian, terutama di daerah yang arealnya didominasi lahan gambut. Tanah gambut memiliki kandungan unsur hara yang rendah dan mengandung senyawa organik dalam bentuk asam fenolat yang beracun. Tapak jerapan gambut didominasi oleh muatan negatif dari proses disosiasi gugus karboksil dan fenol sehingga unsur hara yang bermuatan negatif seperti fosfat sangat mudah tercuci. Untuk meningkatkan produktivitasnya diperlukan masukan yang efektif mengatasi kendala fisik dan kimia yang dihadapi tersebut (Subiksa et al., 2010). Pugam adalah pupuk khusus untuk lahan gambut yang berbahan baku terak baja. Pugam bisa menekan emisi GRK mencapai 47% dengan kematangan hemik 59% pada gambut saprik, mampu menghemat pemupukan hanya 650 kg ha-1 untuk tanaman jagung, kacang dan padi. Fungsi Pugam yaitu untuk memperbaiki media perakaran tanaman, memperkuat batang padi serealia, tebu sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan lodging, serta mampu menekan emisi GRK, meningkatkan unsur pH tanah, menyediakan unsur hara slow release dan memiliki efek residu panjang (Balittanah, 2009) Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan formula pupuk gambut yang tepat, memahami respon tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pupuk gambut di lahan gambut dan mengetahui dosis pupuk gambut yang optimal pada tanaman jagung (Zea mays L.) di lahan gambut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 hingga Maret 2016. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Instalasi Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah dan Laboratoritum Kimia dan Kesuburan Tanah, Balai Penelitian Tanah. Tanah gambut yang digunakan berasal dari Kayu Agung, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Tanaman yang digunakan yaitu tanaman jagung varietas DK-888. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang merupakan kombinasi antara formulasi pupuk gambut dan dosis pupuk gambut. Terdapat 10 perlakuan (kontrol, ii NPK, Pugam F1 dengan dosis 500 kg ha-1, 1000 kg ha-1, 1500 kg ha-1 dan 2000 kg ha-1 , Pugam F2 dengan dosis 500 kg ha-1, 1000 kg ha-1, 1500 kg ha-1 dan 2000 kg ha-1) dengan 3 kali ulangan. Untuk tanaman parameter pengamatan yang diamati adalah pertumbuhan dan bobot basah dan kering tanaman. Untuk karakteristik pupuk adalah proporsi ukuran granul dan kelarutan pupuk dan untuk jaringan batang dan tanaman adalah serapan hara pada tanaman. Serapan hara tanaman diukur dengan konsentrasi hara dengan berat kering tanaman. Hasil formulasi pupuk yaitu 76% untuk formula 1 dan 84% untuk formula 2. Semua Formula Pugam dapat meningkatkan tinggi tanaman dan serapan hara sangat nyata dan optimal dibandingkan dengan perlakuan pupuk konvensional (Urea, SP-36,dan KCl) dan kontrol. Dosis Pugam yang optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah 1500-2000 kg ha-1