Studi Saluran Distribusi Komoditas Cabai Di Pasar Tradisional Blimbing, Kota Malang

Cabai merupakan salah satu komoditas penting bagi perkonomian di Indonesia karena dapat menyebabkan inflasi harga cabai, seperti pada tahun 2011 yang mencapai 0,35% (BPS dalam Farid dan Nugroho, 2012). Lonjakan harga cabai dipengaruhi oleh saluran distribusi dan jumlah pasokan cabai di pasar. Saluran distribusi yang panjang akan menyebabkan margin pemasaran yang tinggi. Margin pemasaran yang tinggi berarti harga cabai di tingkat petani rendah dan harga cabai di tingkat konsumen tinggi. Semakin tinggi margin pemasaran maka efektifitas saluran distribusi cabai juga juga semakin rendah. Penelitian ini dilakukan di Pasar Blimbing. Tujuab penelitian ini yaitu: 1) Mendeskripsikan pola saluran distribusi cabai, 2) Mengidentifikasi tingkat kebutuhan cabai di setiap tingkat saluran distribusi, 3) Menganalisis cara penanganan cabai ketika terjadi penurunan harga yang dilakukan pelaku distribusi, 4) Menganalisis margin pemasaran cabai, 5) Mengevaluasi efisiensi saluran distribusi cabai. Penelitian dibatasi pada komoditas cabai rawit merah ((Capsicum frutescens). Teknik penentuan informan menggunakan metode snowball sampling. Pola saluran distribusi cabai di pasar Blimbing yang ditemukan yaitu: 1. Pedagang Pasar Blimbing – Konsumen. 2. Pedagang Pasar Blimbing – Pedagang Perantara 1 – Konsumen. Kebutuhan kategori tinggi (7 kg < sampai 14 kg) dan sedang (14 kg < sampai 20 kg) hanya ditemukan pada tinggat pedagang cabai di Pasar Blimbing. Tingkat kebutuhan rendah (0 kg sampai 7 kg) dapat ditemukan pada semua tingkat saluran (pedagang cabai Pasar Blimbing, pedagang perantara 1, dan konsumen). Semua pelaku distribusi tidak melakukan penanganan khusus terhadap cabai. Margin pemasaran dalam pola saluran satu yaitu sebesar Rp. 10.714,286. Pola saluran zero merupakan pola saluran yang paling efektif dikarenakan tidak terdapat margin dan share harga pedagang di Pasar Blimbing sebesar 100%