Pengaruh Perlakuan Beberapa Agens Hayati terhadap Kelimpahan Bakteri Rizosfer yang Bersifat Antagonis bagi Bakteri R.solanacearum pada Tanaman Kentang Dataran Menengah

Produksi kentang nasional Indonesia pada tahun tahun 2014 tercatat 1.347.815 ton dengan luas panen 66.531 ha (BPS, 2015). Propinsi Jawa Timur pada tahun 2014 merupakan salah satu pusat produksi kentang di Indonesia dengan area pertanaman kentang seluas 11.888 ha dengan produksi mencapai 208.270 ton (BPS, 2015). Penyakit tanaman merupakan salah satu kendala dalam budidaya kentang di Indonesia. Penyakit utama di pertanaman kentang yaitu layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Kehilangan hasil panen akibat penyakit layu bakteri mencapai 40%. Patogen R.solanacearum bersifat tular-tanah, sehingga kontaminasinya mempengaruhi kesuburan tanah. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari Bulan November 2015 – Mei 2016 di lahan pertanian Dusun Dadapan, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu dengan ketinggian tempat 800 m dpl untuk pengabilan sampel tanah bahan uji. Sedangkan isolasi dan identifikasi bakteri rizosfer dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Rancangan penelitian menggunakan RAK dengan 6 perlakuan sebelum aplikasi dan 6 perlakuan setelah aplikasi dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yakni aplikasi mikroba B. subtillis, Mikoriza, Trichoderma sp., P. fluorescens dan mikroba konsorsium. Variabel pengamatan meliputi kelimpahan dan keragaman bakteri rizosfer. Data hasil pengamatan dianalisis menggunkan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjutan DMRT dengan taraf 5%. Hasil penelitian menujukan bahwa kelimpahan bakteri rizosfer dipengaruhi oleh adanya aplikasi agens hayati. Kelimpahan bakteri rizosfer terseleksi menjadi 2 jenis bakteri yaitu bakteri antagonis dan bakteri R.solanacearum. Kelimpahan bakteri antagonis berpengaruh tidak signifikan terhadap kelimpahan bakteri R. Solanacerum. Kelimpahan bakteri antagonis dan bakteri R. solanacerum memiliki hubungan keeratan. Hubungan keeratan yang tinggi diperoleh dari kelimpahan bakteri antagonis setelah aplikasi agens hayati dengan nilai koefisien korelasi sebesar (r) 0.6161. Bakteri antagonis hasil isolasi berasal dari golongan genus Corynebacterium sp., genus Erwinia sp., genus Pantoea sp., genus Xanthomonas sp .dan diduga genus Neisseria sp. Peningkatan jumlah bakteri antagonis pasca aplikasi Agens hayati terjadi pada ke empat genus yatitu genus Erwinia sp., genus Pantoea sp., genus Xanthomonas sp. dan diduga genus Neisseria sp. yang sebesar 100%