Perubahan Strategi Nafkah Petani Akibat Perkembangan Pariwisata: Studi Kasus di Dusun Krajan, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu.

Arah pembangunan Kota Batu untuk menjadi kota pariwisata berbasis pertanian, mengubah konsep pembangunan Kota Batu yang semula sebagai produsen hasil pertanian utama kawasan Malang Raya menjadi tujuan wisata utama bukan hanya di kawasan Malang Raya tetapi juga Provinsi Jawa Timur. Sektor pariwisata dianggap mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara lebih efektif dibanding sektor lainnya. Karena pembangunan sektor pariwisata dapat mendorong pertumbuhan agroindustri pedesaan, industri manufaktur, makanan, restoran, hotel, hingga cinderamata (Sabil, 2008). Arah kebijakan pembangunan tersebut diterapkan di seluruh wilayah Kota Batu. Salah satu wilayah yang terkena dampak pembangunan pariwisata adalah Dusun Krajan, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Sebelum pariwisata berkembang di Dusun Krajan, masyarakat di daerah tersebut bekerja di bidang pertanian dan peternakan. Namun setelah pariwisata berkembang di wilayah tersebut, khususnya setelah Batu Night Spectacular (BNS) dibangun pada tahun 2008, masyarakat di Dusun Krajan mengubah stratagi nafkahnya ke bidang nonpertanian. Tujuan penelitian antara lain: (1) Mendeskripsikan motif petani di kawasan pariwisata menjual lahan pertanian setelah pariwisata berkembang di kawasan tersebut; (2) Mendeskripsikan perubahan strategi nafkah pada petani di kawasan pariwisata yang telah menjual lahan pertaniannya; (3) Mendeskripsikan dampak perubahan strategi nafkah terhadap pemilikan aset petani di kawasan pariwisata. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Dusun Krajan, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Penentuan sampel menggunakan teknik snowball sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, mengumpulkan dokumen, dan melakukan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles and Huberman. Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Berkembangnya pariwisata mendorong petani di Desa Oro-oro Ombo untuk menjual lahan pertanian dengan motif sulit irigasi, investasi, ingin pensiun, utang, warisan. Petani menjual lahan kepada orang lain dari berbagai daerah. 84,44% pembeli lahan petani berasal dari luar Kota Batu. Para pembeli lahan membeli lahan di Desa Oro-oro Ombo untuk berinvestasi; (2) Penjualan lahan menyebabkan petani mengubah strategi nafkahnya. Sebelum menjual lahan, pekerjaan utama petani adalah di bidang pertanian dan mayoritas pekerjaan sampingan petani adalah di bidang peternakan. Namun setelah menjual lahan, pekerjaan utama mayoritas petani adalah di bidang penginapan, yakni berbisnis homestay. Sementara pekerjaan sampingan mayoritas petani setelah menjual lahan adalah di bidang lain-lain (srabutan dan tukang ojek); (3) Perubahan strategi nafkah dari bidang pertanian ke nonpertanian menyebabkan pemilikan aset petani mengalami perubahan. Dapat dilihat dari pemilikan aset fisik (rumah, mobil pribadi, dan sepeda motor) dan aset finansial (homestay, i mobil rental, toko klontong, rumah makan, laundry, salon, dan pencucian motor) milik petani yang mengalami kemajuan. Namun ada satu hal yang tergolong aset finansial, yakni aset ternak baik ternak sapi maupun ternak kambing yang mengalami penurunan setelah petani menjual lahan. Selain itu, pemilikan aset alam (lahan) juga mengalami penurunan setelah petani menjual lahan. Sementara pemilikan aset manusia mengalami peningkatan karena anggota keluarga yang bekerja bertambah. Kemudian pemilikan aset sosial juga mengalami perubahan pada tingkat keikutsertaan petani dalam kelembagaan sosial. Setelah menjual lahan petani tidak lagi berminat untuk ikut serta dalam kelembagaan sosial, hal ini disebabkan petani merasa kelembagaan-kelembagaan sosial tersebut tidak berguna bagi mereka