Teknologi Penyinaran Dan Pengaruhnya Pada Produktivitas Dan Kelayakan Usahatani Buah Naga (Studi Kasus Di Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi)

Buah naga merupakan salah satu produk pertanian yang semakin banyak peminatnya dan hingga saat ini masih impor. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, saat ini di Indonesia buah naga sudah banyak dikembangkan. Indonesia memiliki iklim tropis yang cocok untuk budidaya buah naga. Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang potensial untuk dilakukannya pengembangan tanaman buah naga. Saat ini, persediaan buah naga masih belum bisa berkelanjutan, karena masa panen buah hanya pada bulan November-April. Setelah melewati enam bulan tersebut, tanaman ini akan berhenti berbunga. Terdapat teknologi penyinaran yang bisa membantu tanaman buah naga berbunga pada saat di luar musim dan sudah diterapkan oleh beberapa petani di Desa Bulurejo. Penerapan teknologi penyinaran sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasar, terutama selama off-season atau pada bulan Juni 2014-September 2014, sehingga petani dapat memasok buah naga di pasaran sepanjang tahun atau di luar musim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh teknologi penyinaran terhadap produktivitas dan keuntungan usahatani buah naga, dengan rincian sebagai berikut: (1) Menganalisis perbedaan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani buah naga yang menggunakan teknologi penyinaran dan tanpa penyinaran. (2) Menganalisis tingkat kelayakan usahatani buah naga dengan teknologi penyinaran dan tanpa penyinaran. (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani buah naga. (4) Menganalisis dampak penggunaan teknologi penyinaran terhadap produktivitas usahatani buah naga. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah terdapat perbedaan biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan antara usahatani buah naga yang menggunakan teknologi penyinaran dan tanpa penyinaran? (2) Berapa besarnya tingkat kelayakan usahatani buah naga dengan teknologi penyinaran dan tanpa penyinaran? (3) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani buah naga? (4) Bagaimana dampak penggunaan teknologi penyinaran terhadap produktivitas usahatani buah naga? Penentuan lokasi pada penelitian ini ditentukan secara purposive dan penentuan sampel menggunakan metode Random Sampling. Responden dipilih secara acak sederhana sebanyak 12,4% dari 468 petani, yaitu 58 orang. Petani dengan teknologi penyinaran sebanyak 11 orang dengan metode sensus, dan 47 petani tanpa teknologi penyinaran. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif untuk menghitung biaya, penerimaan, dan keuntungan usahatani buah naga; R/C rasio digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani buah naga; uji regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas buah naga; dan uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui perbedaan biaya, penerimaan, dan pendapatan. ii Hasil penelitian antara lain: (1) Petani buah naga dengan teknologi penyinaran mengeluarkan rata-rata biaya total sebesar Rp. 231.535.824,- per hektar per tahun, sedangkan biaya total yang dikeluarkan oleh petani buah naga tanpa teknologi penyinaran sebesar Rp. 154.427.149,- per hektar per tahun. Rata-rata penerimaan yang diperoleh petani buah naga dengan teknologi penyinaran sebesar Rp. 329.877.794,- per hektar per tahun, sedangkan penerimaan yang diperoleh petani buah naga tanpa teknologi penyinaran sebesar Rp. 251.844.747,- per hektar per tahun. Pendapatan merupakan hasil selisih antara penerimaan dengan biaya. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dengan teknologi penyinaran sebesar Rp. 98.341.970,- per hektar per tahun, sedangkan yang diperoleh petani tanpa teknologi penyinaran sebesar Rp. 97.417.518,- per hektar per tahun. Berdasarkan pendapatan yang diperoleh, maka usahatani buah naga dengan teknologi penyinaran lebih menguntungkan daripada usahatani buah naga tanpa teknologi penyinaran dan terdapat perbedaan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan antara usahatani buah naga dengan teknologi penyinaran dan tanpa penyinaran. (2) Tingkat kelayakan usahatani buah naga dengan teknologi penyinaran memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,4, sedangkan usahatani buah naga tanpa teknologi penyinaran memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,6. Kedua jenis perlakuan pada usahatani buah naga memiliki nilai kelayakan lebih dari 1, yang berarti layak untuk diaplikasikan pada usahatani buah naga di Desa Bulurejo. (3) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy yang dilakukan, diketahui bahwa variabel bebas secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas buah naga pada taraf kepercayaan 95%. Apabila secara parsial, nitrogen dan panjatan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99%, unsur fosfor dan DUT berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95%, serta unsur kalium dan ZPT berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90% terhadap produktivitas buah naga. Unsur kalium merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas buah naga. (4) Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diketahui bahwa terdapat perbedaan nyata antara biaya total, penerimaan, dan pendapatan yang dikeluarkan dan diperoleh antara kedua jenis perlakukan pada usahatani buah naga pada taraf kepercayaan 95%. Saran dalam penelitian ini antara lain: (1) Petani yang berusahatani buah naga, baik yang menggunakan teknologi penyinaran atau tanpa teknologi penyinaran dapat terus mengembangkan usahataninya. Hal tersebut didasari oleh hasil perhitungan produktivitas, kelayakan, dan biaya usahatani buah naga, yang mampu untuk memberikan keuntungan bagi petani. (2) Perlu dilakukannya penelitian selanjutnya berkaitan dengan efisiensi alokatif penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani buah naga, terutama dengan teknologi penyinaran, sehingga bisa menekan biaya yang berdampak pada peningkatan keuntungan dan kelayakan usahatani buah naga, serta dilakukan pada saat tanaman buah naga berumur sekitar 7-8 tahun. (3) Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel lain yang mempengaruhi produktivitas buah naga, seperti jumlah tenaga kerja, dan macam-macam pupuk yang digunakan oleh petani