Studi Viabilitas Polen melalui Silang Diri pada Tiga Genotipe Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus).

Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) ialah tanaman Leguminosae asal Indonesia bagian timur, khususnya Papua dan pulau-pulau di sekitarnya. Di Indonesia, kecipir dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan di berbagai daerah, termasuk di Timor. Masyarakat menanam hanya untuk sekedar penutup pagar. Karena pengetahuan masyarakat tentang manfaat dari kecipir masih kurang. Mengingat akan hal tersebut, maka perlu dilakukan peningkatan produktivitas kecipir. Satu dari cara untuk meningkatkan produksi kecipir ialah dengan dilakukannnya polinasi buatan yang bertujuan memperoleh varietas tanaman kecipir yang memiliki kualitas unggul. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan polinasi salah satunya ialah pengelolaan polen. Pengelolaan polen bermanfaat dalam pengembangan produksi kecipir, diantaranya menjamin ketersediaan polen jika sewaktu-waktu diperlukan, menjamin keamanan koleksi plasma nutfah, dan mempertahankan viabilitas polen tetap tinggi sampai periode simpan tertentu. Tujuan dari penelitian ini ialah Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan polen yang berbeda terhadap keberhasilan silang diri pada tiga genotip tanaman kecipir. Hipotesis dari penelitian ini diduga terdapat perbedaan keberhasilan silang diri pada tiga genotipe tanaman kecipir yang dipengaruhi umur penyimpanan polen yang berbeda. Penelitian telah dilaksanakan di kebun percobaan Jatikerto, Kromengan, Malang dengan ketinggian ± 330 mdpl, dengan suhu rata-rata 27-29°C dan curah hujan 85-546 mm/bulan, Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, jalan Veteran, Malang. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah cangkul, tugal, ajir bambu, gembor, kawat penjepit, gunting, pinset, kertas sungkup, benang penanda, cutter, penggaris, timbangan analitik, alat tulis, kertas label, kamera digital, ruang pendingin, gelas ukur, beaker glass, magnet stirrer, plate magnetic stirrer, wrapping, pipet tetes, cawan petri, appendorf dan mikroskop Olympus DP20. Bahan penelitian yang akan digunakan ialah tiga genotipe tanaman kecipir, pupuk kandang, NPK, asam borax 100 ppm, sukrosa 12%, aquades, silica gel, plastik, air Penelitian ini tidak menggunakan rancangan lingkungan. Perlakuan terdiri dari 3 genotipe dan 5 lama penyimpanan polen, sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan dilakukan silang diri sebanyak 25 bunga. Pengujian data menggunakan uji t. Uji t tersebut digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua perlakuan yang berhubungan. Perbandingan lama waktu penyimpanan dari masing-masing genotipe dan perbandingan antar genotipe. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi persentase bunga menjadi buah per tanaman contoh, Viabilitas Polen, Panjang Polong, Jumlah Biji Perpolong, Warna Biji, Bobot Benih, Perkecambahan Benih. Data hasil pengamatan disusun dalam tabel kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji F pada taraf 5 % untuk mengetahui homogenitas. Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan ii rerata dari dua perlakuan yang diketahui dari perbandingan t hitung yang dibandingkan dengan t tabel 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter viabilitas polen, presentase bunga menjadi buah, panjang polong, jumlah biji perpolong, bobot benih dan perecambahan benih. Sedangkan genotipe tidak berpengaruh terhadap keberhasilan silang diri tanaman kecipir. Genotipe berpengaruh terhadap warna biji masing-masing genotipe