Permintaan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Jawa Timur

Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan sektor yang dominan dalam membangun perekonomian negara. Salah satu tanaman yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan berpotensi untuk dikembangkan adalah cabai rawit (Alex, 2007). Keunggulan cabai rawit yang dapat dibudidayakan di berbagai tempat tidak menjamin adanya produksi cabai rawit yang stabil di Indonesia. Produksi cabai rawit yang belum sepenuhnya stabil berdampak terhadap fluktuasi harga dan menyebabkan perubahan permintaan. Sehingga ketika produksi mengalami naik turun kapasitas, menyebabkan harga juga mengalami naik turun nominal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai rawit di Jawa Timur. Selain itu pula untuk menganalisis besarnya elastisitas permintaan cabai rawit dan untuk mengetahui besarnya elastisitas silang permintaan cabai rawit di Jawa Timur. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekonometrika dengan menggunakan aproksimasi linier model Almost Ideal Demand System (AIDS). Analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section dalam bentuk triwulan pada tahun 2013. Penggunaan data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait, yaitu Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Data yang diambil adalah mengenai hasil kuisioner survei sosial ekonomi nasional 2013 khususnya mengenai pengeluaran konsumsi makanan - bukan makanan dan pendapatan/penerimaan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai rawit, meliputi harga beras, harga tomat, harga cabai merah, harga cabai rawit dan pengeluaran total rumah tangga. Harga beras, harga tomat, harga cabai merah dan harga cabai rawit memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap permintaan cabai rawit, sedangkan proporsi pengeluaran total rumah tangga memiliki pengaruh yang kurang dominan terhadap permintaan cabai rawit. Koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan adalah sebesar 0,832 atau 83,2%. Uji F yang dihasilkan menunjukkan Fhitung > Ftabel, yaitu sebesar 174,729 > 2,37. ii Uji t yang telah diperhitungkan menunjukkan hasil bahwa variabel yang berpengaruh paling dominan memiliki nilai thitung sebesar 7,564 dan variabel yang berpengaruh kurang dominan memiliki nilai thitung sebesar -16,779. Elastisitas harga yang dihasilkan sebesar -0,876 bersifat unitary. Elastisitas pendapatan yang dihasilkan sebesar -0,827 juga bersifat unitary. Elastisitas silang yang dihasilkan memiliki sifat yang berbeda, meliputi elastisitas silang cabai rawit dengan beras bernilai -1,128 bersifat unitary, elastisitas silang cabai rawit dengan tomat bernilai 0,056 bersifat inelastis dan elastisitas silang cabai merah dengan cabai rawit bernilai 0,05 bersifat inelastis. Saran yang diberikan dari penelitian ini adalah 1) Bagi pemerintah untuk memberikan kebijakan yang tidak merugikan petani dan tidak pula merugikan konsumen.. 2) Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai permintaan dengan menggunakan model Almost Ideal Demand System dalam berbagai komoditas. Namun sebaiknya ada kalanya mencoba model dalam bentuk nonlinier. Sehingga dapat diketahui perbedaan hasil dari analisis permintaan menggunakan persamaan linier dan persamaan nonlinier