Pertumbuhan dan Kadar Kurkumin Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx.) pada Ketersediaan Unsur Hara Mikro (Cu, Mo) secara In Vitro

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Robx.) ialah tanaman asli Indonesia yang mempunyai potensial untuk dikembangkan dan memiliki banyak manfaat sebagai bahan obat. Rimpang temulawak mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu zat kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral yang berkhasiat obat digunakan untuk mengatasi kelainan pada hati/lever, kantong empedu serta pankreas. Orientasi budidaya tanaman temulawak tidak hanya ditujukan pada produktivitas biomas, tetapi juga tingginya mutu bahan aktif yang terkandung di dalam temulawak. Akan tetapi kendalanya adalah masih banyak temulawak yang memiliki kandungan kurkuminoid rendah. Keberhasilan sintesa metabolit sekunder dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu ketersediaan unsur hara. Unsur hara mikro yang kebutuhannya sedikit tetapi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas suatu tanaman. Cu dibutuhkan dalam proses fotosintesis, respirasi, konversi senyawa nitrogen, transportasi karbohidrat dan juga mengatur proses pembentukan DNA (Podlesna, 1996 dalam Al-Mayahi, 2014). Disamping itu, unsur Mo berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim reduktase nitrat merupakan kunci penting untuk nutrisi tanaman. Kekurangan molibdenum mengurangi aktivitas nitrat reduktase, yang menghambat kemampuan tanaman untuk mensintesis protein (Lohry, 2007). Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan hasil pertumbuhan dan kadar kurkumin temulawak maksimum dengan penambahan berbagai konsentrasi unsur hara mikro Cu atau Mo secara in vitro. Hipotesisnya adalah pemberian beberapa konsentrasi unsur Cu atau Mo memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan dan hasil temulawak secara in vitro. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dan Laboratorium Tanaman Obat Materia Medika, Batu. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), autoclave, timbangan analitik, kompor listrik, botol kultur, pengaduk, gelas beker, pipet, pinset, cawan petri, scalpel, pH meter, panci, plastik penutup, karet gelang, air conditioner (AC), rak kultur, bunsen, kamera, color chart Royal Horticultural Society (RHS) dan Thin Layer Chromatography (TLC) scanner Camag untuk analisis kurkumin. Bahan yang digunakan sebagai eksplan adalah tunas rimpang temulawak, media dasar Murashige dan Skoog (MS), sukrosa 30 g/l, agar 7 g/l, zat pengatur tumbuh sitokinin 6-Benzyl Amino Purine (BAP), akuades steril, spitritus dan untuk sterilisasi eksplan adalah alkohol 96 %, fungisida benlate, bayclin (NaClO) 5,25 % dan antibiotik streptomycin sulfate. Bahan yang digunakan untuk analisis kurkumin adalah metanol PA (Pro Analysis), kloroform 99 %, etanol 96 % dan asam asetat glasial 96 %. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan. Pelakuan terdiri dari dua macam unsur hara mikro Cu dalam bentuk CuSO4 . 5H2O dan Mo dalam bentuk Na2MoO4 . 2H2O pada empat taraf konsentrasi sehingga terdapat 8 perlakuan beserta perlakuan kontrol, yaitu : (1) T1 = perlakuan Cu 0 ppm; (2) T2 = perlakuan Cu 0,25 ppm; (3) T3 = perlakuan Cu 0,5 ppm; (4) T4 = perlakuan Cu 0,75 ppm; (5) T5 = perlakuan Mo 0 ppm; (6) T6 = perlakuan Mo 0,25 ppm; (7) T7 = perlakuan Mo 0,5 ppm; (8) T8 = perlakuan Mo 0,75 ppm. Pengamatan dilakukan dengan dua cara antara lain tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu jumlah tunas, jumlah akar, jumlah daun, panjang tanaman, warna daun dan merusak tanaman (destruktif) yaitu bobot segar dan kering planlet dan kadar kurkumin. Data dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) pada taraf kesalahan 5%. Apabila terjadi perberdaan nyata antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian 0 – 0,75 ppm unsur Cu dan Mo berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan yang meliputi jumlah daun dan panjang tanaman, serta berpengaruh nyata pada komponen hasil yaitu kadar kurkumin. Peningkatan konsentrasi unsur Cu menurunkan pertumbuhan panjang tanaman sebesar 26,04 % dan jumlah daun sebesar 58,80 %, diikuti dengan penurunan kadar kurkumin temulawak 84,44 % dari perlakuan tanpa unsur Cu secara in vitro. Disamping itu, peningkatan konsentrasi unsur Mo menurunkan pertumbuhan jumlah daun sebesar 39,52 % tetapi meningkatkan pertumbuhan panjang tanaman sebesar 8,87 % dan kadar kurkumin temulawak sebesar 79,03 % dari perlakuan tanpa unsur Mo secara in vitro