Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Kelapa Skala Rumah Tangga

Pertanian merupakan salah satu sektor yang berpengaruh penting bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah sebagai bahan baku dalam kegiatan industri, baik industri besar, menengah, kecil, maupun industri rumah tangga. Komoditas pertanian yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku agroindustri adalah kelapa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) diketahui luas area tanaman kelapa di Jawa Timur pada tahun 2008 mengalami peningkatan di tahun 2012, yaitu dari 292.928 ha menjadi 296.621 ha. Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah yang memiliki areal penanaman komoditas kelapa terluas kedua yaitu 25.960 ha setelah Kab. Sumenep yaitu 50.066 ha. Melimpahnya tanaman kelapa di Kabupaten Banyuwangi dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan baku pembuatan gula kelapa salah satunya terdapat di Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi. Meskipun telah cukup lama diusahakan, perkembangan agroindustri gula kelapa di daerah ini masih dihadapkan dengan beberapa kendala diantaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan pengusaha, keterbatasan modal untuk pengembangan usaha serta keterbatasan dalam pemasaran produk. Selain beberapa kendala yang telah dijelaskan sebelumnya, ancaman yang harus dihadapi adalah banyaknya agroindustri sejenis di daerah sekitar yang menimbulkan kondisi pasar yang kompetitif. Sebagai upaya untuk mengoptimalkan peran agroindustri gula kelapa di Desa Watukebo, diperlukan suatu perumusan strategi pengembangan yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan agroindustri. Melalui strategi pengembangan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa khususnya pengrajin gula kelapa di Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Berapa besar biaya, penerimaan, pendapatan, serta efisiensi usaha dari agroindustri gula kelapa di Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, (2) Bagaimana strategi pengembangan yang dapat dilakukan dalam upaya mengembangkan usaha agroindustri gula kelapa di Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Tujuan penelitian yaitu: (1) Menganalisis besar biaya, penerimaan, pendapatan, serta efisiensi dari agroindustri gula kelapa skala rumah tangga, (2) Merumuskan strategi pengembangan bagi agroindustri gula kelapa di Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling dengan penentuan jumlah responden menggunakan rumus slovin. Metode yang digunakan untuk analisis usaha agroindustri meliputi analisis biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha dan Break Even Point (BEP). Pada perumusan Strategi pengembangan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan QSPM (Quantitative Strategy Planning Matrix). Hasil analisis usaha pada agroindustri gula kelapa skala rumah tangga di Desa Watukebo adalah biaya total yang dikeluarkan per bulan sebesar Rp3.685.214,00. Penerimaan rata-rata yang diperoleh Rp4.300.660,00 sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh pengrajin gula kelapa sebesar Rp615.446,00 per bulan. Agroindustri gula kelapa skala rumah tangga di Desa Watukebo yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C ratio lebih dari satu yaitu 1,17. Berdasarkan analisis Break Even Point (BEP) diketahui titik impas agroidustri dalam rupiah adalah Rp884.289,00 dan BEP produk sebesar 126,23 kg per bulan. Sementara pada saat ini agroindustri telah mencapai produksi sebesar 614,38 kg per bulan dengan penerimaan sebesar Rp.4.300.660,00. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri gula kelapa telah memperoleh keuntungan dan layak untuk dikembangkan. Berdasarkan analisis faktor lingkungan internal diketahui faktor kekuatan utama dalam pengembangan agroindustri gula kelapa adalah ketersediaan bahan baku dengan skor sebesar 54,56. Faktor kelemahan utama yaitu keterbatasan modal dengan skor 33,34. Pada faktor lingkungan eksternal diketahui peluang dalam mengembangkan agroindustri gula kelapa adalah adanya dukungan pemerintah dan potensi pasar yang besar, sedangkan ancaman terbesar adalah belum adanya kelompok usaha dengan skor 57,14. Matrik Internal-Eksternal (IE) menunjukkan posisi agroindustri berada pada kuadran V yang merupakan daerah growth and stability. Pada matriks Grand Strategy posisi agroindustri terletak pada kuadaran I. Strategi yang dapat diterapkan pada kondisi ini adalah mendukung kebijakan agresif (growth oriented strategy). Berdasarkan Analisis SWOT dan QSPM diketahui alternatif startegi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agroindustri gula kelapa skala rumah tangga di Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi yaitu (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk untuk meningkatkan volume penjualan dengan bekerjasama dengan pemerintah dalam hal modal, pelatihan, teknologi dan informasi pasar, (2) Membentuk kelompok usaha agroindustri gula kelapa untuk memperkuat posisi industri dalam penetapan harga, mempermudah akses pemasaran serta mempermudah akses bantuan pemerintah baik dalam hal modal dan informasi pengembangan usaha. (3) Melakukan perluasan pasar hingga konsumen tingkat industri dengan meningkatkan kualitas dan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Dari hasil analisis disarankan sebagai berikut: (1) Sebaiknya dilakukan pembentukan suatu kelompok usaha agroindustri gula kelapa skala rumah tangga di Desa Watukebo guna memperkuat posisi agroindustri dari segi penetapan harga, mempermudah akses pemasaran serta mempermudah akses bantuan pemerintah baik dalam hal modal dan informasi pengembangan usaha, (2) Pengrajin gula kelapa diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya agar mampu melakukan perluasan pasar pada konsumen tingkat industri dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan pemerintah baik berupa penyuluhan, pemberian bantuan alat produksi dan informasi pasar