Studi Potensi Crotalaria mucronata Desv. sebagai Pupuk Hijau

Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia adalah lahan kering dengan kandungan bahan organik tanah < 1%. Kandungan bahan organik tanah yang rendah salah satunya disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan, tanpa diimbangi penggunaan pupuk organik. Indonesia adalah negara tropis yang memiliki kelimpahan sumber pupuk hijau. Crotalaria mucronata Desv. adalah salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai pupuk hijau. C. mucronata Desv. memiliki sifat-sifat yang menguntungkan sebagai sumber bahan organik, yaitu menghasilkan biomasa hijauan yang tinggi, serta mampu meningkatkan kandungan N total tanah karena memiliki bintil-bintil akar yang dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Selain itu, tanaman ini mampu tumbuh pada lahan marginal dan relatif toleran terhadap kekeringan. Salah satu kendala pengembangan tanaman C. mucronata Desv., yaitu rendahnya daya perkecambahan akibat dormansi fisik pada kulit benih. Untuk itu, dibutuhkan perlakuan untuk memacu daya perkecambahannya. Tujuan penelitian antara lain: 1) Untuk mempelajari perlakuan yang tepat untuk memacu daya perkecambahan benih tanaman C. mucronata Desv., 2) Untuk mempelajari pengaruh frekuensi dan volume pemberian air terhadap pertumbuhan tanaman C. mucronata Desv., 3) Untuk mempelajari potensi tanaman C. mucronata Desv. sebagai pupuk hijau. Hipotesis penelitian yaitu: 1) Benih C. mucronata Desv. membutuhkan perlakuan skarifikasi untuk memacu daya perkecambahannya, 2) Tanaman C. mucronata Desv. dapat tumbuh baik pada kondisi hingga 75% kadar air tersedia, 3) Penggunaan pupuk hijau C. mucronata Desv. dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Penelitian dilaksanakan di Desa Pangarangan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, pada bulan Oktober – Desember 2013. Penelitian terdiri atas 3 percobaan, Percobaan ke-1: Pengujian viabilitas benih dilakukan dengan metode rancangan acak lengkap (RAL), terdiri atas 15 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali, meliputi: V0 (tanpa perlakuan); V1 (skarifikasi secara mekanis dengan kertas amplas); V2 (skarifikasi+perendaman air biasa selama 1×24 jam); V3 (perendaman air biasa selama 3×24 jam); V4 (perendaman air biasa selama 5×24 jam); V5 (perendaman air dengan suhu awal 50° C selama 1×24 jam); V6 (perendaman air dengan suhu awal 80° C selama 1×24 jam); V7 (skarifikasi+perendaman air dengan suhu awal 50° C selama 1 jam); V8 (skarifikasi+perendaman air dengan suhu awal 80° C selama 1 jam); V9 (perendaman larutan KNO3 1% selama 1×24 jam); V10 (perendaman larutan KNO3 0,5% selama 2×24 jam); V11 (perendaman larutan KNO3 0,2% selama 2×24 jam); V12 (perendaman larutan H2SO4 1% selama 30 menit); V13 (perendaman larutan H2SO4 1% selama 30 menit+perendaman air biasa selama 1×24 jam) dan V14 (perendaman larutan H2SO4 1% selama 1×24 jam). Parameter pengamatan meliputi persentase daya tumbuh benih (DT), tinggi kecambah dan panjang akar. Percobaan ke-2: Pengaruh frekuensi dan volume pemberian air pada pertumbuhan C. mucronata Desv., menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non-faktorial, yang diulang sebanyak 3 kali dengan rincian perlakuan: F1V1 (pemberian air setiap hari dengan volume 100% kadar air tersedia); F1V2 (pemberian air setiap hari dengan volume 75% kadar air tersedia); F1V3 (pemberian air setiap hari dengan volume 50% kadar air tersedia); F2V1 (pemberian air 2 hari sekali dengan volume 100% kadar air tersedia); F2V2 (pemberian air 2 hari sekali dengan volume 75% kadar air tersedia); F2V3 (pemberian air 2 hari sekali dengan volume 50% kadar air tersedia); F3V1 (pemberian air 3 hari sekali dengan volume 100% kadar air tersedia); F3V2 (pemberian air 3 hari sekali dengan volume 75% kadar air tersedia) dan F3V3 (pemberian air 3 hari sekali dengan volume 50% kadar air tersedia). Pengamatan dilakukan pada umur tanaman 2 – 7 MST, meliputi parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar. Percobaan ke-3: Pengaruh waktu dan lama pembenaman tanaman C. mucronata Desv. pada tanah, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non-faktorial, dengan rincian perlakuan: P1 (tanaman umur 3 MST + dibenamkan selama 2 minggu); P2 (tanaman umur 3 MST + dibenamkan selama 3 minggu); P3 (tanaman umur 4 MST + dibenamkan selama 2 minggu); P4 (tanaman umur 4 MST + dibenamkan selama 3 minggu); P5 (tanaman umur 5 MST + dibenamkan selama 2 minggu); P6 (tanaman umur 5 MST + dibenamkan selama 3 minggu) dan P7 (tanaman umur 6 MST + dibenamkan selama 3 minggu). Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 21 satuan percobaan. Parameter yang dianalisis meliputi : pH, C-organik, N total, P tersedia, K dapat ditukar, bahan organik, KTK dan C/N rasio tanah. Analisis tanah awal dilakukan dengan mengambil sampel tanah sebelum penanaman, sedangkan analisis tanah setelah perlakuan dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada akhir waktu pembenaman pada masing-masing perlakuan. Data pengamatan yang diperoleh dari masing-masing percobaan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%, dan apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih tanaman C. mucronata Desv. membutuhkan perlakuan skarifikasi untuk meningkatkan permeabilitas kulit benihnya. Perlakuan skarifikasi secara mekanis dengan kertas amplas mampu meningkatkan daya tumbuh benih tanaman C. mucronata Desv. sebesar 321,37% dibanding tanpa perlakuan skarifikasi. Tanaman C. mucronata Desv. dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau karena mampu tumbuh pada lahan marginal dan relatif toleran terhadap kekeringan. Pemberian air dengan volume 75% kapasitas lapang dengan frekuensi tiga hari sekali lebih efisien dilakukan karena menghasilkan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar tanaman yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Penggunaan tanaman C. mucronata Desv. sebagai pupuk hijau dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pembenaman 10 ton ha-1 hijauan C. mucronata Desv. mampu meningkatkan nilai pH tanah sebesar 2,94% (masih dalam kriteria netral); C-organik sebesar 258% (dari sangat rendah menjadi rendah); N total sebesar 163% (meskipun masih dalam kriteria sangat rendah); P tersedia sebesar 1138% (dari sangat rendah menjadi sangat tinggi); K dapat ditukar sebesar 649% (dari sangat rendah menjadi sedang); bahan organik sebesar 252% dan KTK tanah sebesar 301% (meskipun masih dalam kriteria sangat rendah) dibanding tanah tanpa perlakuan