Analisis Pertumbuhan Tanaman Penghijauan Hasil Kebun Bibit Rakyat : Kondisi Bahan Organik Tanah Dan Tingkat Pendapatan Petani

Luasan lahan kritis di Indonesia terus meningkat, pada tahun 2011 mencapai 27.294.842 ha. Usaha rehabilitasi lahan kritis adalah dengan menanam pohon pada lahan pertanian dalam sistem agroforestri melalui program penghijauan. Guna meningkatkan ketersediaan bibit pohon yang berkualitas dan dikehendaki masyarakat maka pemerintah mengimplementasikan program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Namun demikian pertumbuhan bibit KBR yang ditanam pada berbagai kondisi biofisik dengan kondisi sosial ekonomi yang berbeda tersebut masih perlu dievaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menentukan kandungan bahan organik tanah (BOT) berdasarkan tiga pendekatan (total Corg (metode Walkey and Black); total C dikoreksi dengan kandungan tanah klei dan debu (Corg/Cref); dan fraksionasi BOT berdasarkan partikel dan kepadatannya menggunakan suspensi silikat LUDOX, (2) mengevaluasi pertumbuhan tanaman hasil KBR berkaitan dengan tingkat pendapatan petani. Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang pada bulan Maret sampai Juli 2013, menggunakan rancangan penelitian tersarang (nested design) dengan 2 faktor yaitu faktor lokasi (Desa Wringinsongo, Desa Dawuhan, Desa Waturejo, Desa Wonosari) dan faktor jenis tanaman yang ditanam (Sengon, Kakao, Nangka). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanah di keempat lokasi berbeda nyata (p<0,05) satu sama lain, dimana kesuburan tanah tertinggi terdapat di tanah Desa Wonosari (Kecamatan Wonosari) dengan Corg/Cref 0,82, sedang tanah di Desa Wringinsongo, Dawuhan, dan Waturejo diperoleh nilai Corg/Cref yang lebih rendah dengan nilai rata-rata 0,44. Berdasarkan proporsi fraksi Bahan Organik tanah (BOT) yang ada, tanah di Desa Dawuhan dan Wonosari menunjukkan tingkat kesuburan yang sama, dimana proporsi berat kering fraksi ringan (BO baru) rata-rata 23%, fraksi sedang 22%, dan fraksi berat (BO lama) 56%. Sedang tanah di Desa Waturejo dan Wringinsongo terdapat tingkat kesuburan yang lebih rendah dengan proporsi fraksi ringan rata-rata 16%, fraksi sedang 19%, dan fraksi berat 66%. Meskipun kesuburan tanah berbeda antar lokasi penelitian, tidak ada hubungan yang nyata (p>0,05) antara pertumbuhan tanaman sengon, kakao, dan nangka dengan kandungan BOT (total Corg, C terkoreksi (Corg/Cref), dan fraksionasi BOT). Meningkatnya pertumbuhan tanaman sengon berhubungan secara nyata dengan meningkatnya pendapatan petani yang ditunjukkan oleh DBH (Y= 0,283x - 0,840; R=0,381*) dan tinggi tanaman (Y= 8,600x + 432,2; R=0,178*). Tetapi tidak ada hubungan yang nyata antara pertumbuhan tanaman kakao dan nangka dengan meningkatnya pendapatan petani