Analisis Nilai Tambah, Pendapatan, dan Efisiensi Agroindustri Tempe (Studi Kasus di Desa Beji, Kecamatan Junerjo, Kota Batu)

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi besar untuk diertahankan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistika) (2010) dinyatakan 40,50 persen lapangan usaha berada di sektor pertanian. Sektor pertanian tidak dapat berdiri sendiri dalam menyokong ekonomi Indonesia, sehingga membutuhkan sektor lain seperti sektor industri. Dalam pengembangan sektor pertanian menuju sektor industri diperlukan sebuah sektor penghubung yaitu agroindustri. Sentra agroindustri tempe di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu merupakan salah satu agroindustri yang layak dipertimbangkan. Agroindustri ini merupakan agroindustri tempe terbesar di Kota Batu. Agroindustri dibedakan menjadi dua berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu agroinudtsri skala kecil dengan jumlah tenaga kerja sebesar 5-19 orang dan agroindustri skala kecil dengan jumlah tenaga kerja sebesar 1-4 orang. Berdasarkan data Disperindag Kota Batu (2008) jumlah produsen tempe Desa Beji sebanyak 220 agroindustri, yang terdiri dari 9 agroindustri skala kecil dan 211 agroindustri skala mikro. Agroindustri skala kecil membutuhkan biya variabel yang berupa biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya input lain lebih besar. Biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya yang paling besar yang harus ditanggung oleh produsen. Rumusan masalah dalam penelitian analisis nilai tambah agroindustri tempe di Desa Beji Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah: (1) Apakah nilai tambah agroindustri tempe skala kecil lebih besar dibandingkan dengan agroindustri tempe skala mikro? (2) Apakah pendapatan agroindustri tempe skala kecil lebih besar dibandingkan dengan agroindustri tempe skala mikro? (3) Apakah agroindustri tempe skala kecil lebih efisien dibandingkan dengan agroindustri tempe skala mikro?. Tujuan penelitian adalah: (1) Menganalisis nilai tambah agroindustri tempe berdasarkan skala usaha (skala kecil dan mikro). (2) Mengetahui besar keuntungan agroindustri tempe berdasarkan skala usaha (skala kecil dan mikro). (3) Mengetahui tingkat efisiensi agroindustri tempe berdasarkan skala usaha (skala kecil dan mikro). Metode penentuan tempat secara purposive yaitu di Desa Beji Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penelitian dilaksanakan dalam satu kali proses produksi dalam kurun waktu satu setengah bulan yaitu pada pertengahan bulan Juni 2012 hingga minggu keempat bulan Juli. Penentuan sampel menggunakan teknik stratified random sampling, dimana agroindustri dibedakan menjadi dua yaitu agroindustri skala kecil dan agroindustri skala mikro. Penentuan jumlah responden untuk agroindustri skala kecil dengan menggunakan survey karena hanya ada 9 agroindustri, sedangkan untuk agroindustri skala kecil dengan menggunakan rumus solvin sehingga didapat 37 orang responden. Teknik pngumpulan data mengunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data terbagi menjadi tiga (a) Analisis nilai tambah mengunakan metode hayami, untuk mengetahui besar nilai tambah. (b) Analisis penerimaan dan pendapatan menggunakan rumus π = TR – TC. (c) analisis efisiensi mengunakan RC ratio. Ketiganya diui dengan menggunakan analisis uji beda rata-rata untuk mengetahui apakah nilai tambah, pendapatan dan efisiensi agroindustri skala kecil lebih besar dari agroindustri skala mikro. Hasil dari penelitian analisis nilai tambah agroindustri tempe Desa Beji, Kecamatan junrejo, Kota Batu adalah sebagai berikut: (1) Besar nilai tambah bagi agroindustri skala kecil dapat memberikan nilai tambah sebesar 2162.76 dengan rasio nilai tambah sebesar 15.95 persen termasuk dalam rasio yang sedang. Agroindustri tempe skala mikro sebesar 1572.86 dengan rasio nilai tambah sebesar 5.5 persen termasuk dalam rasio nilai tambah yang kecil. Semakin kecil rasio nilai tambah maka keuntungan yang diperoleh oleh produsen semakin kecil pula. Hasil uji beda rata-rata agroindustri skala kecil dan skala mikro tidak terdapat perbedaan nilai tambah yang signifikan. Hal ini dikarenakan perbedaan nilai tambah antara kedua agroindustri tersebut tidak begitu jauh. (2) Agroindustri tempe skala mikro memberikan pendapatan Rp 23.930,78 dalam satu kali proses produksi. Agroindustri skala kecil memberikan pendapatan sebesar Rp 185.170.70 dalam satu kali proses produksi. Hasil uji SPSS menunjukkan tidak ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara agroindustri skala kecil dan skala mikro. Hal ini dikarenakan perbedaan variasi pendapatan kedua kelompok masil dalam satu wilayah yang sama. (3) Agroindustri tempe Desa Beji rata-rata sudah efisien ditunjukkan dari RC ratio untuk agroindustri skala mikro sebesar 1.06 dan agroindustri skala mikro sebesar 1.16. Hasil uji beda rata-rata menyatakan tidak terdapat perbedaaan efisiensi yang signifikan atara agroindustri skala kecil dan skala mikro. Hal ini dikarenakan perbedaan efisiensi kedua kelompok tersebut tidak jauh. Saran yang diberikan antara lain: (1) Peningkatan nilai tambah antara lain dengan peningkatan kapasitas produksi, diferensiasi produk, dan pengolahan lanjutan terutama untuk agroindustri skala mikro. (2) Perlu adanya peningkatan pendapatan agroindustri tempe. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah peningkatan harga jual, dimana peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara kerjasama antar produsen. (3) Efisiensi agroindustri tempe perlu ditingkatka