Dampak Kebijakan Tarif Proteksi terhadap Produksi dan Permintaan Kedelai di Jawa Timur

Globalisasi membuka peluang produk dari dalam negeri ke internasional, namun globalisasi juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke pasar domestik. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami globalisasi ekonomi dan merupakan negara yang tergabung sebagai anggota WTO yang merupakan organisasi perdagangan internasional. Partisipasi Indonesia dalam perdagangan internasional tersebut membuka peluang Indonesia memasarkan produk domestik ke pasar dunia, sekaligus membuka peluang Indonesia mengkonsumsi produk lebih besar dibanding kemampuannya berpoduksi. Salah satu komoditas yang produksinya belum memenuhi permintaaan konsumsi di Indonesia adalah kedelai. Hal tersebut mendorong pemerintah mengimpor kedelai dari pasar dunia. Kebutuhan yang semakin meningkat sementara produksi yang masih defisit membuat impor kedelai semakin meningkat. Dalam hal ini pemerintah sebenarnya bisa menurunkan impor kedelai dengan melakukan proteksi tarif yang cukup tinggi yang diikuti dengan peningkatan produksi. Salah satu propinsi yang berpotensi dalam peningkatan produksi kedelai adalah Jawa Timur. Untuk itu perlu dikaji tentang dampak kebijakan tarif terhadap produksi dan permintaan kedelai di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) dampak kebijakan tarif proteksi terhadap produksi kedelai di Jawa Timur; (2) dampak kebijakan tarif proteksi terhadap permintaan kedelai domestik dan (3) dampak kebijakan tarif proteksi terhadap permintaan kedelai impor di Jawa Timur. Adapun hipotesis yang diajukan adalah diduga tarif proteksi berpengaruh secara positif terhadap produksi dan permintaan kedelai domestik, dan diduga tarif proteksi berpengaruh secara negatif terhadap permintaan kedelai impor di Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder time series di Jawa Timur tahun 1990-2010 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian (Disperta), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda yang diolah menggunakan program komputer SPSS v 16.0. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai adalah tarif dan harga kedelai domestik dengan pengaruh negatif. Sedangkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai domestik adalah harga kedelai domestik dengan pengaruh negatif. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai impor adalah populasi dan pendapatan dengan pengaruh positif. ii Hasil analisis simulasi historis menunjukkan bahwa apabila tarif impor dibebaskan (tarif = 0%), maka produksi kedelai domestik dan permintaan kedelai domestik akan berkurang bila dibandingkan dengan pada saat diberlakukan tarif. Sedangkan permintaan kedelai impor lebih tinggi bila dibandingkan dengan pada saat diberlakukan tarif. Semakin tinggi tarif proteksi yang diterapkan, produksi kedelai semakin tinggi, permintaan kedelai domestik semakin tinggi, dan permintaan kedelai impor semakin rendah. Saran dari penelitian ini adalah pemerintah agar tetap mempertahankan kebijakan proteksi tarif mengingat produksi kedelai dapat meningkat dengan adanya kebijakan tersebut. Pemerintah dalam menetapkan tarif proteksi kedelai harus benar-benar memperhatikan dampak terhadap semua sisi, baik dari sisi produsen, konsumen, maupun pemerintah; pemerintah tidak bisa selamanya mengandalkan kebijakan proteksi tarif untuk peningkatan produksi, untuk itu perlu ada cara lain seperti penggunaan benih unggul, peningkatan produktivitas, serta perbaikan sistem panen dan pascapanen; untuk peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian lanjutan tentang dampak tarif proteksi dengan metode yang berbeda