Pola Komunikasi dan Respon Petani Tebu Terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Enargi (KKPE). (Studi di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang)

Bank Dunia menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara miskin di dunia. Dimana dominasi kemiskinan ada di pedesan dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Untuk mengatasi problem sosial tersebut pemerintah mengadakan program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia dengan tujuan meningkatkan kesejahteran petani dan ketahanan pangan serta energi nasional. Penelitian di tujukan untuk mengetahui pola komunikasi dan respon petani tebu terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang.Hasil menunjukan pola komunikasi yang terjadi pada pemberian KKPE ialah komunikasi interpersonal. Berdasarkan data yang diperoleh respon dari 37 responden menunjukan Hubungan faktor sosial ekonomi petani tebu terhadap pemberian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan dari rata-rata respon pada semua aspek terkategori tinggi. Pada umur respon yang ditunjukan sebesar 82,97%, pada tingkat pendidikan sebesar 83,55%, pada luas lahan sebesar 82,89% dan pada jumlah tanggungan keluarga sebesar 82,88%. Respon sikap yang tinggi sebesar 2,54 atau 84,50% dan keterampilan dengan respon yang tinggi sebesar 2,50 atau 83,24% sedangkan respon yang sedang ditunjukan responden terhadap pemberian Kredit Ketahan Pangan dan Energi dari aspek pengetahuan yaitu sebesar 2,47 atau 82,43%. Respon yang terkategori baik dan tinggi menunjukan pola komunikasi interpersonal berlangsung efektif sehingga KKPE dari BRI dapat diterima oleh masyarakat Petani Tebu di Desa Harjokuncaran