Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Bathok Merah (Studi Kasus Pada Agroindustri Gula Bathok Merah Kabupaten Tulungagung

Kabupaten Tulungagung memiliki potensi budidaya tebu yang cukup bagus, karena memiliki luasan lahan tebu mencapai 2.553 Ha dengan kemampuan produksi mencapai 343.456 ton per musim tanam (BPS Tulungagung, 2007). Dengan hasil tebu yang cukup melimpah memungkinkan tebu untuk diolah agar memiliki nilai tambah. Salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai tambah komoditi tebu melalui agroindustri gula bathok merah. Nilai tambah yaitu selisih antara harga bahan baku dan harga barang jadi setelah mengalami proses pengolahan. Proses pengolahan tersebut seperti terjadinya perubahan bentuk dari bahan baku menjadi suatu produk yang memiliki nilai lebih dari sebelumnya (Sudiyono, 2002). Agroindustri gula bathok merah memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan baik dari sisi internal maupun eksternal. Agroindustri gula bathok merah memiliki beberapa kelemahan dan hambatan untuk pengembangannya sehingga dibutuhkan suatu strategi untuk menanggulangi masalah dengan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki. Tujuan dari penelitian pada agroindustri gula bathok merah yaitu untuk: (1) Menganalisis besarnya nilai tambah; (2) Mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal agroindustri ; (3) Merumuskan strategi pengembangan bagi agroindustri. Metode penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), di Kabupaten Tulungagung. Pada penelitian ini yang diambil sebagai responden adalah produsen gula bathok merah tebu dengan skala produksi sedang dengan jumlah sampel sebanyak 12 agroindustri. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode analisis kuantitatif, antara lain: (1) Analisis nilai tambah (2) Analisis matrik IFAS dan EFAS (3) Analisis matrik IE (4) Analisis matrik SWOT (5) Analisis QSPM. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu agroindustri gula bathok merah telah memberikan nilai tambah bagi komoditi pertanian tebu dengan nilai tambah sebesar Rp. 56.400; per kwintal produk gula bathok merah, sedangkan rasio nilai tambah sebesar 94%, yang menunjukkan besarnya nilai tambah dari komoditi tebu yang diubah menjadi gula bathok merah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi internal pada agroindustri gula bathok merah yaitu (a) Skor kekuatan internal adalah 1.55 dengan skor tertinggi adalah sumber daya alam yang mendukung (b) Total skor kelemahan internal adalah 1.29 dengan skor tertinggi adalah keterbatasan modal (c) Kemudian total skor kekuatan dan kelamahan sebesar 2.84 serta selisish dari kedua skor tersebut sebesar 0.26. Sedangkan hasil penelitian pada kondisi eksternal agroindustri gula bathok merah yaitu (a) skor tertinggi pada pemanfaatan limbah dengan skor sebesar 0.27 serta total skor peluang sebesar 1.38 (b) total skor ancaman sebesar 0.82 dengan faktor kunci ancaman yang tertinggi adalah pada harga bahan baku yang yang cukup fluktuatif sebesar 0.36. Jumlah keseluruhan antara total skor peluang dan ancaman adalah 2.20 dengan selisih 0.56. Strategi yang dilaksanakan berdasarkan hasil analisis SWOT dan QSPM terdapat tiga stretegi yang didahulukan yaitu (a) Menerapakan fungsi manajemen dengan baik mulai dari manajemen produksi, keuangan, serta manajemen persedian bahan baku dan manajemen pemasaran (b) Mengembangkan usaha disegala bidang dengan meningkatkan pemanfaatan teknologi atau inovasi baru untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produk dan pemanfaatan limbah produksi serta mengembangkan daerah pemasaran produk (c) Menambah modal usaha dari pinjaman yang ada dari pemerintah atau pinjaman ringan untuk mempermudah agroindustri dalam peningkatan hasil produksi