Analisis Agribisnis Komoditi Bawang Merah (Allium ascalonicum L) di Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk

Orientasi pembangunan pertanian perlu dirubah dari orientasi produksi kearah orientasi peningkatan pendapatan petani, yaitu tidak lagi melalui pendekatan usahatani melainkan melalui pendekatan agribisnis. Karena persaingan globalisasi ekonomi, pertanian di Indonesia diharapkan dapat bertransformasi menjadi suatu bidang yang tidak hanya berkembang dalam peningkatan produksi saja, namun juga harus mampu menyediakan/memproduksi bibit tanaman, mengolah hasil panen dengan memberikan nilai tambah komoditi pada pasca panen, kemudian memasarkan hasil komoditi pertanian mereka pada konsumen dibantu oleh lembaga-lembaga pemasaran. Agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Komoditi bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan sayuran dan menjadi target pengembangan agribisnis di Kabupaten Nganjuk. Sebagian besar usahatani tanaman bawang merah di Kecamatan Sukomoro masih didominasi oleh petani kecil. Dengan permintaan bawang merah semakin meningkat mencapai 915 ton setiap tahunnya, sehingga petani kecil di Kecamatan Sukomoro harus menyediakan bawang merah untuk mencukupi kebutuhan pasar. Namun terkadang petani tidak dapat memenuhi permintaan pasar karena produksi yang dihasilkan tidak mencapai target, selain itu juga proses penyampaian hasil produksi bawang merah untuk sampai ke pasar tidak ditunjang dengan sistem pemasaran yang efektif dan efisien karena saluran pemasaran yang terlalu panjang. Pertanyaan kunci yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Berapa tingkat pendapatan usahatani bawang merah pada petani kecil per ha di Kecamatan Sukomoro?; 2) Seberapa besar kontribusi (share) harga bawang merah yang diterima petani terhadap harga yang diterima pengecer?; (3) Apakah pemasaran bawang merah di Kecamatan Sukomoro telah efisien?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis tingkat pendapatan usahatani bawang merah pada petani kecil per ha di Kecamatan Sukomoro; (2) Menganalisis kontribusi (share) harga bawang merah yang diterima petani kecil terhadap harga yang diterima pengecer; (3) Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran bawang merah di Kecamatan Sukomoro. Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk. Penentuan petani sampel dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling, berdasarkan strata luas lahan yang diusahakan petani kecil bawang merah, didapatkan sampel sebanyak 43 responden. Pada responden lembaga pemasaran pengambilan sampel menggunakan Snowball Sampling didapatkan sampel sebanyak 5 responden. Metode analisis data yang digunakan meliputi: (1) Analisis deskriptif; (2) Analisis kuantitatif, meliputi analisis biaya total, penerimaan, pendapatan usahatani, analisis margin pemasaran, dan analisis efisiensi pemasaran. Hasil penelitian analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) saluran pemasaran, dan masing-masing lembaga pemasaran telah melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Sedangkan dari analisis kuantitatif diperoleh pendapatan usahatani petani bawang merah di Kecamatan Sukomoro sebesar Rp 16.535.679,51 per ha setiap musim tanam. Share harga yang diterima petani pada saluran pemasaran I adalah sebesar 79,1%, pada saluran pemasaran II sebesar 74%, saluran pemasaran III sebesar 66,67%, saluran pemasaran IV sebesar 60,61%. Dari analisis efisiensi pemasaran, secara umum pemasaran bawang merah dapat dikatakan sudah efisien