Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Stroberi (Fragaria sp.) : Studi Kasus di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar

Stroberi (Fragaria sp.) bukan merupakan buah asli dari Indonesia. Buah ini berasal dari pegunungan Chili, Amerika. Tanaman ini cocok ditanam di daerah beriklim subtropis. Di Indonesia stroberi dibudidayakan di daerah dataran tinggi, yaitu sekitar 1.000 m di atas permukaan laut. Dibandingkan dengan usahatani di luar negeri, usaha stroberi di Indonesia belum dilakukan secara optimal. Sentra budidaya stroberi di Indonesia antara lain: Bandung, Malang dan Bali. Selain ditanam di daerah Sukabumi, Cianjur, Cipanas dan Lembang (Jawa Barat); Batu (Malang) dan Bedugul (Bali) stroberi juga ditanam di Karanganyar. Stroberi selain dikonsumsi sebagai buah segar dapat juga diolah menjadi beberapa macam produk agroindustri. Stroberi dapat diolah menjadi produk seperti selai, manisan, sirup, dodol, yoghurt, jus maupun es krim. Permintaan stroberi di Desa Kalisoro yang tinggi tidak diimbangi oleh jumlah penawaran buah stroberi di pasaran. Buah stroberi tergolong buah yang mudah rusak dan memiliki umur simpan yang tidak lama. Pada saat pemanenan, stroberi tidak dipanen secara serempak. Tanaman stroberi bisa hidup selama 9 bulan. Dari bulan Januari-Oktober. Stroberi dipanen 2 kali sehari, dengan masa panen 4 bulan. Setiap panen dapat menghasilkan 3-6 kg buah stroberi. Petani di Desa Kalisoro umumnya menggunakan bibit lokal yang diperbanyak sendiri dengan stolon. Sementara petani modern memikirkan kualitas dan kuantitas produksi yang optimal mendatangkan bibit dari Amerika Serikat dan sebagian kecil dari New Zealand. Daerah Karanganyar khususnya di Tawangmangu memiliki keadaan tanah dan iklim yang cocok untuk berbudidaya stroberi. Tawangmangu memiliki iklim < 230C dan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Stroberi di Tawangmangu mulai dikembangkan dengan budidaya yang tidak menggunakan pestisida sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli stroberi di daerah ini. Usahatani di Desa Kalisoro, Tawangmangu ini masih tergolong baru, memiliki modal kecil, tergantung pada cuaca dan teknologi yang masih sederhana. Permasalahan yang akan dihadapi adalah 1). Berapa pendapatan atau keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani stroberi. 2). Apakah usahatani stroberi di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar efisien. Tujuan dari penelitian adalah 1). Menganalisis berapa besar pendapatan yang didapatkan oleh petani dari usahatani stroberi. 2). Menganalisis tingkat efisiensi usahatani stroberi di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Kegunaan penelitian adalah 1). Sebagai bahan masukan untuk lembaga pertanian setempat dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan usahatani di daerah tersebut yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan petani. 2). Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi petani untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan dan produktivitas usahataninya. 3). Sebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hipotesis yang diajukan adalah 1). Diduga usahatani stroberi di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar menguntungkan. 2). Diduga usahatani stroberi di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar efisien. Metode analisis yang digunakan adalah analisis biaya produksi untuk mengetahui biaya keseluruhan yang digunakan untuk berusahatani stroberi meliputi biaya tetap dan biaya variabelnya, analisis penerimaan usahatani untuk mengetahui besarnya penerimaan secara keseluruhan yaitu dengan mengalikan jumlah total hasil panen dari usahatani baik yang dijual ataupun tidak dijual dengan harga pasar yang berlaku, analisis pendapatan usahatani untuk mengetahui selisih penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran (biaya) tunai usahatani dan yang terakhir adalah analisis efisiensi usahatani merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani stroberi per musim tanam per hektar sebesar Rp. 42.372.879,70. Penerimaan usahatani stroberi per musim tanam per hektar total penerimaannya adalah sebesar Rp. 57.896.285,71. Dengan rincian harga per musim tanam per hektar yaitu Rp. 26.913,52 dan produksi per musim tanam per hektar yaitu 2.138,06 kg. Pendapatan usahatani stroberi per musim tanam per hektar yang diperoleh adalah Rp. 15.523.406,01. Dengan rincian yaitu penerimaan usahatani stroberi per musim tanam per hektar adalah Rp. 57.896.285,71 dikurangi dengan biaya total usahatani stroberi per musim tanam per hektar Rp. 42.372.879,70. Efisiensi usahatani stroberi per musim tanam per hektar yang diperoleh adalah 1,57. Dengan rincian yaitu penerimaan usahatani stroberi per musim tanam per hektar adalah Rp. 57.896.285,71 dibagi dengan biaya total usahatani stroberi per musim tanam per hektar Rp. 42.372.879,70. Sehingga setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,57. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan perlunya adanya sosialisasi untuk penambahan petani yang berusahatani stroberi dan perluasan lahan stroberi dikarenakan tanaman stroberi memiliki tingkat harga yang tinggi dan akan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Perlunya kerjasama dan kemitraan dengan tempat wisata daerah untuk membuat wisata petik stroberi dikarenakan akan mendatangkan keuntungan yang lebih. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan terdapat upaya penyempurnaan terhadap hasil penelitian ini misalnya saja lebih meneliti mengenai cara pemasaran, cara pengemasan yang baik, cara menyimpan stroberi sehingga umur simpan lebih lama