Efektivitas Bakteri Antagonis Bacillus sp. terhadap Jamur Phytophthora nicotianae (Oomycetes: Peronosporales) pada Tanaman Tembakau.

Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi, sebagai sumber penerimaan negara melalui devisa, cukai dan pajak. Tembakau di beberapa sentra produksi merupakan sumber pendapatan petani, penyedia lapangan kerja dan penggerak ekonomi di daerah. Tembakau digunakan sebagai bahan baku rokok dan juga sebagai tembakau kunyah atau susur. Salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman tembakau di Indonesia adalah penyakit lanas yang disebabkan oleh jamur Phytophthora nicotianae. Pengendalian P . nicotianae sulit dilakukan karena P . nicotianae dapat bertahan hidup di dalam tanah sebagai saprofit fakultatif jika tidak ada inang. Pengendalian menggunakan fungisida mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan, mikroorganisme nontarget, terjadinya resistensi patogen, dan menurunnya keanekaragaman mikroorganisme tanah serta biaya untuk pembelian fungisida cukup tinggi. Pengendalian dengan menggunakan agensia hayati lebih aman dan ramah lingkungan meskipun hasilnya tidak seefektif fungisida. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui masa simpan bakteri antagonis Bacillus sp. dalam media cair yang masih efektif mengendalikan penyakit lanas P. nicotianae pada tanaman tembakau. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitopatologi dan rumah kaca Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat(BALITTAS) Karangploso Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011. Penelitian terdiri dari dua tahap penelitian yaitu secara in vitro dan secara in vivo . Penelitian secara in vitro terdiri dari uji Dual Culture 2 titik, uji Dual Culture 5 titik dan uji Pour Plate . Penelitian secara in vivo yaitu uji intensitas serangan penyakit lanas P . nicotianae pada tanaman tembakau. Tahap in vitro terdiri dari 10 perlakuan, 2 kali ulangan. Sedangkan tahap in vivo terdiri dari 4 perlakuan, 3 ulangan setiap ulangan terdiri dari 9 sampel tanaman tembakau. Hasil data tahap in vitro maupun in vivo dianalisis menggunakan uji t 5 %. Hasil penelitian secara in vitro A