Pengaruh pemberian pupuk NPK pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai keriting (Capsicum annuum L.).

Cabai atau Capsicum annuum L. ialah komoditas sayuran hortikultura yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Hal tersebut menjadikan cabai sebagai salah satu komoditi sayuran yang diandalkan oleh petani Indonesia. Produksi cabai di Indonesia terus mengalami penurunan. Penyebab penurunan produksi tersebut diantaranya ialah luas lahan pertanian yang terus berkurang dan tingkat kesuburan tanah yang semakin menurun. Upaya untuk meningkatkan produksi tanaman cabai diantaranya dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik pemupukan pada tanaman cabai. Tanaman cabai memerlukan unsur hara dalam jumlah yang cukup tersedia. Nitrogen (N) diperlukan tanaman cabai dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, khususnya batang, cabang dan daun. Fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman cabai pada waktu pertumbuhan akar, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. Kalium (K) dibutuhkan tanaman cabai dalam proses metabolisme dankeseimbangan unsur hara. Berdasarkan kandungan jenis unsur haranya, pupuk dibagi menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Untuk pupuk majemuk, ialah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Tujuan dari penelitian ini ialah mendapatkan dosis kombinasi pupuk NPK yang optimum untuk pertumbuhan dan hasil tanaman cabai keriting yang tinggi. Dengan hipotesa, bahwa kombinasi pupuk NPK dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai keriting. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, pada ketinggian ± 600 m dpl dengan jenis tanah Andosol dan pH tanah sebesar 5,6. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2007 April 2008. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan yang diulang 5 kali. Perlakuan : A = Kontrol (tanpa pemupukan), B = ZA 800 kg/ha+SP36 300 kg/ha+KCl 200 kg/ha, C = NPK Kebomas 25:7:7 672 kg/ha+SP-36 170 kg/ha+ 122 kg/ha, D = NPK Kebomas 25:7:7 650 kg/ha+ SP-36 180 kg/ha+KCl 100 kg/ha, E = NPK Kebomas 25:7:7 800 kg/ha, F = NPK Kebomas 24:8:8 700 kg/ha+SP-36 145 kg/ha+ KCL 107 kg/ha, G = NPK Kebomas 24:8:8 650 kg/ha+SP-36 150 kg/ha+KCl 100 kg/ha, H = Kebomas 24:8:8. Pengamatan non destruktif dilakukan dengan interval 14 HST sekali, dimulai pada umur 14 HST. Peubah yang diamati ialah tinggi tanaman (cm), jumlah daun, diameter batang (cm), jumlah cabang, saat berbunga, saat berbuah. Pengamatan destruktif dilakukan pada awal pembungaan dan akhir panen. Data dianalisis dengan analisis ragam. Jika dari hasil analisis ragam menunjukkan beda nyata, dilakukan uji lanjut dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kontrol (tanpa pupuk) memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk, baik pupuk tunggal, pupuk majemuk, maupun pupuk campuran yaitu kombinasi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Dari hasil pengamatan, baik dari peubah pertumbuhan hingga hasil, perlakuan F dengan pemupukan NPK Kebomas 24:8:8 700 kg/ha+SP-36 145 kg/ha+KCl 107 kg/ha memberikan nilai pertumbuhan dan nilai produksi lebih baik daripada perlakuan pupuk lainnya, dengan nilai produksi 11.190 kg/ha. Produksi tanpa pemupukan (kontrol), hanya mencapai 7.220 kg/ha, dan pada pemupukan tunggal (perlakuan B), hasil produksi mencapai 8.630 kg/ha. Perlakuan F, memberikan nilai R/C ratio lebih besar dibandingkan perlakuan kombinasi pupuk yang lainnya, mencapai 1,64