Kajian berbagai macam limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram (Pleurotus florida).

Jamur tiram ialah komoditas pertanian yang banyak diminati oleh masyarakat karena rasa yang enak dan kandungan zat gizinya yang tidak kalah dengan sayuran hortikultura lainnya. Selain manfaat dan kandungan gizinya yang cukup tinggi juga mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik dan dapat digunakan sebagai obat. Jamur tiram mempunyai aspek ekonominya yang bagus karena tidak memgunakan lahan yang luas, serta dapat tumbuh pada media yang merupakan limbah pertanian, sehingga limbah tidak terbuang siasia dan dapat memberikan nilai tambah. Adapun pemanfaatan limbah pertanian yang digunakan sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih yaitu: Daun pisang kering, tongkol jagung, ampas tebu dan jerami. Jamur tiram termasuk tanaman heteropik, artinya untuk keperluan hidupnya, dimana jamur tiram ini mempunyai ketergantungan terhadap sumber nutrisi. Oleh karena itu ketersediaan nutrisi dalam media sangat penting bagi pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Semakin meningkatnya permintaan akan jamur tiram maka penggunaan media kayu saja menjadi terbatas sehingga perlu dicari bahan media lain yang diusahakan untuk memenuhi persyaratan yang diperlukan oleh jamur, terutama mengandung selulosa dan lignin yang sangat dibutuhkan oleh jamur tiram tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis media yang mampu mendukung peningkatan pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus floridae) yang lebih baik dibandingkan dengan media standart (media yang digunakan para petani umumnya). Hipotesis yang diajukan ialah Jenis media tumbuh yang berbeda akan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan media standart terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus floridae). Penelitian dilaksanakan pada bulan JulyOktober 2007 di rumah jamur Desa Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru Malang dengan ketinggian tempat 500 mdpl, suhu ratarata dalam kumbung ± 2428 ºC, dan kelembaban ± 8090 %. Alatalat yang digunakan adalah ayakan sekop, kertas grafik, Bunsen, plastik polipropililen, cincin paralon, kapas, handsprayer, timbangan, kranjang plastik, rak, dan stik inokulasi. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : bibit jamur tiram putih, serbuk kayu sengon, tepung jagung, dedak, daun pisang kering, tongkol jagung, kulit kacang, btng jagung, ampas tebu, jerami, kapur (CaCo3), gips (CaSO4), alcohol 70%, dan air. Metode yang digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yaitu: A (20 serbuk kayu sengon : 4 dedak : 1 tepung jagung), B (20 serbuk kayu sengon : 4 dedak :10 tongkol jagung), C (5 serbuk sengon : 4 dedak : 15 ampas tebu), D (5 serbuk sengon : 4 dedak :15 daun pisang kering), E (5 serbuk sengon : 4 dedak : 15 btng jagung), F (5 serbuk sengon, 4 dedak, 15 kulit kacang). Parameter yang diamati antara lain: Panjang miselium (cm), saat munculnya badan buah pertama(hsi), saat panen pertama (hsi), bobot segar badan buah jamur pada panen pertama (gram), dan frekuensi panen. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan uji ragam (F hitung) taraf 5%, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada berbagai macam media mampu meningkatkan pertumbuhan miselium dibandingkan dengan media standart (media yang digunakan oleh para petani umumnya), sedangkan pada hasil produksi jamur tiram putih ini dapat memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan media standart (403,3 g/polibag) dengan komposisi (20 serbuk sengon : 4 dedak : 1 tp jgng) yaitu Batang jagung (419,7 g/polibag), tongkol jagung (445,7 g/polibag), dan ampas tebu (396 g/polibag