Keragaman genetik 6 populasi F2 tanaman wijen (Sesamum indicum L.) pada beberapa karakter kuantitatif

Tanaman wijen merupakan tanaman industri yang berupa pohon berbatang lunak. Biji wijen merupakan sumber minyak nabati yang saat ini banyak dicari oleh konsumen karena manfaatnya selain untuk bahan baku industri seperti farmasi, kosmetika, pestisida dan obat-obatan juga dapat digunakan untuk mencegah beberapa penyakit, selain itu biji wijen banyak digunakan untuk bahan baku makanan. Pada umumnya kondisi iklim dan lahan di Indonesia telah memenuhi syarat tumbuh bagi tanaman wijen, akan tetapi produksi wijen masih kurang optimal, hal ini dikarenakan pemilihan jenis atau varietas yang ditanam oleh petani kurang mendukung karena sebagian besar petani masih mengandalkan varietas lokal. Salah satu upaya yang dilakukan unuk meningkatkan produksi wijen adalah melalui introduksi, hibridisasi, dan seleksi yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh informasi awal antara lain keragaman genetik. Keragaman genetik suatu populasi ini sangat penting untuk diketahui untuk membantu menyediakan informasi tentang keragaman plasma nutfah atau perbedaan genetik diantara materi pemuliaan, semakin tinggi keragaman genetiknya semakin baik sebagai materi pemuliaan. Dan dalam rangka menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam kegiatan pemuliaan tanaman selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik beberapa karakter pada 6 populasi F2 tanaman wijen. Hipotesis yang diajukan alam penelitian ini adalah diduga terdapat perbedaan keragaman genetik beberapa karakter diantara 6 populasi yang diuji. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian universitas Brawijaya yang berlokasi di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, dengan ketinggian tempat 303 m dpl, suhu rata-rata 230C – 310C, curah hujan rata-rata berkisar antara 155,1 mm/bln, dengan pH 6 – 7,5. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2007. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : cangkul, meteran, papan tabel, dan timbangan. Bahan yang digunakan meliputi benih 3 tetua dan 6 populasi F2 hasil persilangan tanaman wijen dengan kode : 1. AA adalah galur SI.4 sebagai P1 (tetua 1) 2. CC adalah galur SI.9 sebagai P2 (tetua 2) 3. HH adalah galur SI. 25 sebagai P3 (tetua 3) 4. AC adalah hasil persilangan SI.4 (tetua betina) dengan SI.9 (tetua jantan) 5. CA adalah hasil persilangan SI.9 (tetua betina) dengan SI.4 (tetua jantan) 6. CH adalah hasil persilangan SI.9 (tetua betina) dengan SI.25 (tetua jantan) 7. HC adalah hasil persilangan SI.25 (tetua betina) dengan SI.9 (tetua jantan) 8. AH adalah hasil persilangan SI.4 (tetua betina) dengan SI.25 (tetua jantan) 9. HA adalah hasil persilangan SI.25 (tetua betina) dengan SI.4 (tetua jantan). Bahan lain yang digunakan adalah pupuk urea, SP36, KCl dan pestisida. Sembilan populasi ditanam bersama dengan jumlah tanaman masingmasing populasi sebanyak 150 tanaman. Penanaman dalam guludan dengan jumlah 25 tanaman per guludan dengan jarak 25 cm dalam guludan dan 60 cm antar guludan. Total guludan sebanyak 54 dan total tanaman sebanyak 1350. Penempatan kombinasi persilangan sebagai perlakuan menggunakan bilangan teracak. Pengamatan dilakukan berdasarkan tanaman tunggal. Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tentang keragaman genetik pada populasi yang diuji dapat diketahui bahwa nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter umur berbunga (semua populasi), umur panen (CH dan HC), jumlah cabang per tanaman (AC, CA, CH, dan HC) dan ruas bunga pertama (CH dan HC), jumlah polong total per tanaman (semua populasi), jumlah polong panen per tanaman (semua populasi) serta bobot biji (CH, HC, AH dan HA). Nilai heritabilitas rendah terdapat pada karakter tinggi tanaman (AC dan HA), ruas bunga pertama muncul (semua populasi kecuali CH, HC dan HA), umur panen (CA, AH dan HA), dan jumlah cabang (AH). Sedangkan untuk nilai KKG tinggi didapatkan pada karakter ruas bunga pertama (CH), umur berbunga (semua populasi kecuali AH dan HA), jumlah cabang per tanaman (semua populasi kecuali HA), jumlah polong total per tanaman, jumlah polong panen per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman (semua populasi), nilai KKG sedang didapatkan pada karakter umur berbunga (AH dan HA), tinggi tanaman (semua populasi), sedangkan nilai KKG rendah terdapat pada karakter umur panen (pada semua populasi). Berdasarkan hasil yang didapat, karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong total per tanaman, jumlah polong panen per tanaman dan bobot biji kering per tanaman memiliki nilai PKGH tinggi dengan intensitas seleksi 5% serta berkorelasi positif nyata terhadap hasil (bobot biji kering per tanaman). Hal ini berarti karakter-karakter ini dapat diseleksi, karena kemajuan perbaikan genetik yang dapat diharapkan melalui seleksi relatif tinggi. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas, KKG dan kemajuan genetik tinggi berpotensi untuk diperbaiki dengan seleksi pada generasi awal