Pengaruh Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Konvensional terhadap keanekaragaman Arthropoda pada tanaman apel (Malus sylvestris. Mill) di Poncokusumo, Malang

Tanaman Apel adalah salah satu jenis tanaman buah-buahan yang banyak diminati oleh konsumen karena memiliki rasa buahnya yang manis, asam, renyah dan segar serta banyak mengandung vitamin A, B, dan C juga zat besi, kalsium, dan phosphor, kulit buah apel juga banyak mengandung serat cukup tinggi yang baik untuk pencernaan selain itu kandungan vitamin C terdapat pada kulit apel. Buah apel merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peluang pasar cukup luas terutama pasar dalam negeri yang kebutuhannya belum terpenuhi dengan produksi tanaman apel yang ada. Kabupaten Malang mempunyai areal tanaman apel seluas 1.752,80 Ha, dimana 93% berada di kecamatan Poncokusumo. (kelompok Jabatan Fungsional Penyuluhan Pertanian, 2005). Komoditi apel merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk Poncokusumo sehingga apabila produksi tanaman apel menurun maka akan mempengaruhi tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Poncokusumo. Pada era tahun 1980 sampai 1990an perekonomian penduduk Poncokusumo cukup makmur sebagai petani apel, namun sejak tahun 1997 perekonomiannya mengalami penurunan akibat harga pestisida dan pupuk kimia semakin mahal sehingga menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani apel meningkat sedangkan harga buah apel mengalami fluktuatif. Salah satu upaya untuk mengembalikan kemakmuran dan kesejahteraan petani apel yaitu dengan peningkatan teknologi dan perubahan prilaku dalam sistem pertanian teknologi konvensional ke sistem pertanian teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pada tahun 2005, PHT apel dikenalkan kepada petani apel Poncokusumo melalui program SLPHT, melalui program tersebut diharapkan petani dapat menerapkan teknologi PHT pada lahannya masing-masing