Pengembangan Model Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani: Fungsi Agroekonomi Petani di Medowo Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri

Ketahanan pangan ialah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tecermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Suryana, 2003). Tingkat ketahanan pangan berbeda-beda antara rumah tangga satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pendapatan atau pengeluaran rumah tangga yang mengakibatkan pula jenis makanan yang dikonsumsi dan pola konsumsinya pada setiap rumah tangga juga berbeda. Salah satu faktor yang yang berpengaruh pada ketahanan pangan suatu wilayah atau rumah tangga yaitu tersedianya tanaman pangan sebagai makanan pokok masyarakat pada suatu wilayah dan kepemilikan lahan pertanian. Peningkatan produksi tanaman pangan di suatu wilayah dapat meningkatkan ketahanan pangan pada wilayah tersebut dengan ditunjang distribusi yang baik dan kemampuan masyarakat dalam mengakses bahan pangan. Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan salah satunya dengan menerapkan teknologi budidaya tanaman secara tepat yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menyusun model keterkaitan antara teknologi budidaya tanaman pangan yang dilakukan petani dan ketahanan pangan rumah tangga petani, dan (2) mengetahui dan mempelajari aspek perbaikan teknologi budidaya tanaman pangan terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: (1) terdapat keterkaitan yang nyata antara teknologi budidaya tanaman pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga petani, (2) penggunaan pupuk, jumlah tenaga kerja, dan luas lahan berpengaruh terhadap produksi tanaman yang diusahakan petani, dan (3) peningkatan produksi tanaman berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2007 sampai bulan Juni 2007 di Desa Medowo Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei sebagai gabungan dari kegiatan observasi lapang dan wawancara (interview). Variabel-variabel yang diamati meliputi aspek agronomi (tenaga kerja, luas lahan yang diusahakan rumah tangga petani, pupuk yang digunakan petani), karakteristik responden (pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat pengeluaran non pangan, pendapatan), dan pola ketahanan pangan (ketersediaan pangan, tingkat pengeluaran pangan, konsumsi energi). Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan menggunakan model yang menggabungkan pendekatan agronomi dan ekonomi dalam sistem persamaan simultan dan selanjutnnya untuk estimasi koefisien model tersebut menggunakan metode 2 SLS (Two Stage Least Square) melalui prosedur SYSLIN i (System Linier)pada perangkat lunak SAS (Statistical Analysist System). Aspek-aspek yang disimulasikan meliputi penggunaan pupuk ( Urea, SP36, KCl), kenaikkan harga produk pangan (harga padi, harga jagung), harga pupuk, luas panen, tenaga kerja, serta kombinasi dari aspek-aspek tersebut. Simulasi dilakukan melalui prosedur SIMNLIN (Simulation Non linier). Berdasarkan hasil penelitian, aspek agronomi yang berpengaruh pada ketahanan rumah tangga petani yaitu tenaga kerja, luas lahan garapan, dan penggunaan pupuk Urea, SP 36, serta KCl, sedangkan aspek ekonomi yang memiliki pengaruh yaitu harga jual hasil produksi tanaman pangan (harga output). Perubahan kebijakan kenaikan harga gabah memberikan dampak positif yang paling tinggi terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani, yaitu dapat menurunkan angka indeks ketahanan pangan sebesar 9,465 %. Pada usaha tani jagung, perubahan kombinasi kenaikan tenaga kerja (persiapan tanam, pengairan, dan penyiangan), luas lahan garapan, dan penggunaan pupuk Urea, SP 36, serta KCl pada memberikan dampak positif paling tinggi untuk meningkatkan ketahanan pangan petani. Penurunan angka indeks ketahanan pangan akibat perubahan kombinasi variabel-variabel tersebut sebesar 0,786 %